Logo

¨*•♫♥ Ketika Cemburu Menyapa ♥♫•*¨

¨*•♫♥ Ketika Cemburu Menyapa ♥♫•*¨

Cemburu adalah suasana yang menuturkan sempurnanya sebuah Cinta, Al-Baihaqi dan Ibnu Babawih meriwayatkan dari Rasulullah saw bahwasannya Cemburu (dalam logika wajar dan pada haq-nya) itu adalah bagian dari Iman- Lalu adakah tinjauan syariat agar Cemburu itu diridhai Nya?

Aduhai…
Hati yang manakah yang tak pernah tersentuh lintasan Cemburu?
Adalah Aisyah radiyallahu anha, salah satu Ummul mukminin yang pernah mendapat salam dari Jibril Alahissalam’pun menuturkan kejujurannya dalam beberapa Al Hadits yang ia riwayatkan sendiri tentang kota hatinya yang sering terbakar api Cemburu.

Tentu saja, sosok Aisyah radiyallahu anha ini adalah sosok teristimewa dimata Rasulullah saw. Hingga dalam sebuah Hadits yang dikisahkan Aisyah sendiri, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Tiga malam aku bermimpi melihat kamu. Malaikat datang kepadaku mengantarkanmu dengan memakai sepotong baju sutera seraya berkata: Inilah istrimu. Ketika aku buka wajahmu, ternyata itu memang benar-benar kamu. Lalu aku katakan: Kalau itu memang datang dari sisi Allah, maka Allah pasti akan menjadikannya kenyataan. (Lihat Shahih Muslim No.4468)

Dalam berbagai kisah,
Kecerdasan aisyah yang meriwayatkan dan menghafal ribuan hadits juga kemuliaan ahlaknya begitu tergambar jelas, dalam sebuah Al Hadits yang juga ia riwayatkan sendiri Aisyah ra berkata;

Rasulullah saw pernah berkata kepadaku:
“Sesungguhnya aku tahu saat kamu sedang senang kepadaku, dan saat kamu sedang marah kepadaku. Aku bertanya: Dari mana engkau mengetahui hal itu? Rasulullah saw. menjawab: Sebab kalau kamu sedang senang padaku, maka kamu akan mengatakan: Tidak, demi Tuhan Muhammad tetapi kalau kamu sedang marah, maka kamu akan mengatakan: Tidak, demi Tuhan Ibrahim. Aku katakan: Benar itu, wahai Rasulullah. Demi Allah, aku hanya meninggalkan namamu”. (Shahih Muslim No.4469)

Aisyah adalah Ummul Mukminin yang sikap dan ahlaknya harus terjaga. Disisi lain, Aisyah ra juga adalah wanita dengan segala fitrahnya. Tapi, lepas dari itu, kecintaannya yang mendalam kepada Rasullah saw tidak mampu membendung gelombang cemburu yang dipancarkan hatinya.

Ia pun cemburu..

Dalam Shahih Muslim No.4477, Aisyah ra., mengisahkan betapa kecemburuannya kepada Rasulullah saw. Ketika dalam sebuah perjalanan dengannya, Rasullah saw berbincang bincang dengan istrinya yang lain, yaitu Hafshah. Disanalah Aisyah dihinggapi cemburu… Hingga ketika mereka tiba disebuah perhentian Aisyah ra duduk menjulurkan kedua kakinya ke tumbuh-tumbuhan izkhir yang harum baunya seraya berkata: “Ya Tuhanku! Semoga ada kalajengking atau ular yang menggigitku sedang aku tidak dapat mengatakan sesuatu apapun kepada rasul-Mu…”

Betapa hebatnya cemburu itu,
dan betapa bijak ahlak yang mengikutinya…
Aisyah tidak berdiri dan berkata kata atau memalingkan muka, dia memisahkan diri, menyendiri menahan kecemburuan berharap kakinya digigit ular hingga dia tidak sempat berkata kata kepada Rasulullah tentang kecemburuannya.

Aisyah adalah wanita yang paling dicintai Rasulullah saw setelah Khadijah, hingga hal tersebut banyak membuat istri istri Rasulullah saw lainnya cemburu.

Dalam Shahih Muslim
Aisyah ra., menturkan ketika Rasulullah saw masih sedang bersamanya didalam selimut, Fatimah putri Rasulullah meminta izin untuk menemui beliau. Setelah Rasulululah saw mengizinkan kemudian Fatimah berkata: “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya istri-istrimu yang lain mengutusku untuk menemuimu, mereka meminta keadilan seperti yang engkau berikan kepada putri Abu Quhafah… Saat itu Aisyah hanya diam saja dan Rasulullah saw. berkata kepada Fatimah: Wahai putriku! Tidakkah kamu menyukai apa yang aku sukai?

Fatimah menjawab: Benar.
Rasulullah saw. berkata lagi: “Maka cintailah istriku yang satu ini”. Mendengar perkataan ayahnya tersebut, Fatimah lalu segera beranjak meninggalkan Rasulullah untuk kembali kepada para istri beliau yang lain dan mengabarkan kepada mereka apa yang telah ia katakan dan apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah saw. kepadanya.

Tapi istri istri Rasulullah saw yang lain berkata kepada fatimah: “Kami merasa kamu belum berbuat sesuatu apapun untuk kami, maka kembalilah menghadap Rasulullah saw. dan katakan kepada beliau: Sesungguhnya istri-istrimu yang lain sangat mendambakan keadilan seperti yang engkau perlihatkan kepada putri Abu Quhafah itu.

Fatimah menjawab: Demi Allah aku tidak mau mengajak bicara beliau tentang Aisyah selama-lamanya.

Lalu istri-istri Nabi saw itu menyuruh Zainab binti Jahsy ra.
Zainab meminta izin menemui Rasulullah saw. yang pada waktu itu beliau sedang (tidur) bersama Aisyah dalam selimutnya seperti saat Fatimah menemuinya. Kemudian Rasulullah saw. mempersilakannya,

Dan Zainab pun berkata: “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya istri-istrimu yang lain mengutusku untuk menemuimu, mereka meminta keadilan seperti yang engkau berikan kepada putri Abu Quhafah.

Aisyah berkata: Kemudian ia menyinggung tentang diriku dan melampaui batas, namun aku tetap memandang Rasulullah saw. dan melihat ke arah mata beliau apakah beliau mengizinkan aku untuk ikut berbicara. Zaenab tetap tidak beranjak sampai aku ketahui bahwa Rasulullah saw. sudah tidak merasa keberatan kalau aku membela diri..

Saat itu Aisyah membalas ketersinggungannya kepada Zainab tanpa berhenti, hingga ia tidak memberi kesempatan sedikitpun kepada Zainab (untuk bicara, pen) sampai Aisyah selesai membalasnya.

Saat itu, seperti yang dikatakan Aisyah, Rasulullah saw. hanya tersenyum dan berkata: “Ia (Aisyah) memang benar-benar putri Abu Bakar”. (Lihat Shahih Muslim No.4472)

Sebuah isyarat bahwasannya Rasulullah membela Aisyah,
Isyarat lain adalah tentang eratnya hubungan persahabatan Rasulullah saw dengan Abu Bakkar Ashidiq, sehingga dimatanya Aisyah begitu teristimewa selain karena Ahlaknya juga karena dia adalah putri Sahabat yang paling ia Cintai.

Sebuah kisah Alhadits menarik lainnya adalah Kisah tentang Rasulullah yang selalu terkenang dengan Khadijah, sehingga saat khadijah telah tiada Rasulullah saw masih mengingatnya dan mengistimewakan kerabat Khadijah. Dalam kisah ini juga terdapat kisah kecmburuan Aisyah ra yang begitu hebat!

Aisyah ra., ia berkata:
Halah binti Khuwailid, saudara perempuan Khadijah, meminta izin masuk menemui Rasulullah saw. tiba-tiba beliau teringat kembali akan gaya Khadijah setiap kali ia meminta izin masuk. Maka beliau sangat senang sekali dengan kedatangan saudara perempuan Khadijah tersebut. Beliau lalu berdoa untuknya dan berkata: Mari silakan, wahai Halah binti Khuwailid. Lantas rasa cemburuku timbul. Maka aku katakan kepada beliau: Apa yang membuatmu teringat pada seorang wanita Quraisy yang sudah nenek-nenek dan sudah ompong yang telah meninggal untuk selamanya? Bukankah Allah telah memberikan ganti yang lebih baik darinya. (Shahih Muslim No.4467)

Subhanallah..
Ini adalah sebuah kisah mengejutkan, sebuah kisah kejujuran, bahwa cemburu itu adalah tabiat wanita.
Hingga api yang membakar dada itu mampu menggerakan bibir mulia Aisyah untuk berkata kata demikian kepada Siti Khadijah..

Dalam riwayat Al Bukhari, Rasulullah saw terkesan marah dan menjawabnya:
Aisyah ra pernah berkata, “Aku tidak pernah cemburu terhadap wanita seperti kecemburuanku terhadap Khadijah, karena Nabi Shalallahu alaihi wassalam seringkali menyebut namanya. Suatu hari beliau juga menyebut namanya, lalu aku berkata, “Apa yang engkau lakukan terhadap wanita tua yang merah kedua sudut mulutnya? Padahal Allah telah memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadamu”. Beliau bersabda, “Demi Allah, Allah tidak memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadaku” (Al Bukhari)

Tentu saja kecintaan Rasulullah kepada Khadijah beralasan, hingga ia masih menyebut nyebutnya ketika Khadijah telah tiada. Khadijahlah yang menemani perjuangan dakwahnya sedari awal, seseorang yang pertama membenarkan Kebenaran yang Rasullah saw bawa disaat semua orang belum bersaksi juga kedermawanannya yang menawan..

Hingga putri Khuwailid ini mendapat Salam teristimewa dari Allah subhanahuwwataala dan Jibril Alahissalam dan sebuah kabar gembira tentang sebuah istana mutiara di syurga.

Diriwayatkan Abu Hurairah ra., bahwa suatu ketika Jibril datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang kepada engkau dengan membawa bejana berisi lauk pauk atau makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, sampaikanlah salam kepadanya dari Tuhannya Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dan juga dariku dan kabarkanlah berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara di dalamnya tidak ada keributan dan kesusahan. (Shahih Muslim No.4460)

Betapa merdunya kisah ini..
Betapa dalamnya Cinta Aisyah, hingga ketika Rasulullah menyebutkan nama Khadijah yang telah menemui Rabbnya saja dia cemburu..

Lalu lihatlah juga sosok keteladanan Rasulullah saw yang mengimbangi kemarahan Aisyah ra.
Beliau saw hanya berkata tentang sesuatu yang sebenarnya terjadi, tidak berkata kotor atau menyakiti Istri tercintanya.

Kebijakan Rasulullah saw juga terlihat dalam kisah lain yang diriwayatkan Anas ra, ketika Rasulullah berada dirumah Aisyah kemudian ada seorang dari ummul mukminin mengirimkan satu mangkuk makanan. Lalu saat itu Aisyah begitu cemburu dan menepis tangan pembantu yang membawa mangkuk, sehingga mangkuk itu pun jatuh dan pecah. Nabi Shalallahu alaihi wassalam langsung memunguti roti itu dan meletakkan kembali diatas mangkuk, seraya berkata, “makanlah. Ibu kalian sedang cemburu.” setelah itu beliau menunggu mangkuk pengganti dan memberikan mangkuk yang pecah itu kepada Aisyah” (Diriwayatkan oleh HR.Bukhari, Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah, Tirmidzi, Abu Daud dan Nasa’i)

Betapa kesabaran Rasulullah saw..
Betapa teduhnya pemahaman dari sosok lelaki sejati Rasullah saw yang mengerti kecemburuan Aisyah..
Beliau tidak marah.. bahkan beliau memunguti sendiri pecahan mangkuk itu, mengambil rotinya dan berkata kepada anak anak; “Makanlah..ibumu sedang cemburu..”

Demikian sebuah dinamika rumah tangga yang diabadikan dalam beberapa Al Hadits yang shahih,
Dalam sebuah bahtera rumahtangga, cemburu adalah sebuah api kecil yang keberadaannya menjadi warna dalam berbaigai suasana yang akan menguatkan atau menjadi pertanda bahwa cinta itu ada dan tetap ada.

Bayangkan jika cemburu itu tidak ada…atau tidak pernah diciptakan?
Cemburu laksana sebuah kontrol yang secara langsung dimunculkan untuk mengingatkan tentang keberadaan cinta dalam masing masing pasangan, sehingga suami bisa mengetahui seberapa dalam cinta istrinya dan sebaliknya.

Api cemburu akan langsung muncul untuk mencegah secara frontal hal hal maksiyat yang mungkin akan suami lakukan. Dimana seorang wanita dengan fitrahnya tidak akan bediam diri ketika cemburu.

Yang harus kita waspadai adalah bukan cemburu itu sendiri.
Tapi effect dari cemburu yang berlebih, dan disana ada Syaitan yang secara tidak disadari ikut membesarkan api cemburu tersebut hingga membakar semuanya..

Tentang hal ini,
Aisyah ra juga meriwayatkan tentang dirinya disuatu malam,
Rasulullah saw keluar dari rumahnya. Aisyah berkata; “Maka akupun menjadi cemburu kepada beliau sekiranya beliau mendatangi istri yang lain. Kemudian Rasulullah saw kembali lagi dan melihat apa yang terjadi pada diriku.

”Apakah engkau sedang cemburu?” tanya beliau.
”Apakah orang semacam aku ini tidak layak cemburu terhadap orang seperti engkau ?” Jawab Aisyah ra.

“Rupanya syetan telah datang kepadamu”, sabda beliau

”Apakah ada syetan besertaku?’ tanya Aisyah ra

Rasulullah bersabda; “Tak seorangpun melainkan bersamanya ada syetan”

”Besertamu pula?” tanya Aisyah.

“Ya, hanya saja Allah menolongku untuk mengalahkannya sehingga aku selamat”, jawab Rasulullah saw. (Hadits ini ditakrij Muslim dan Nasa’i)

Inilah sebuah kesadaran yang harus senantiasa kita ingat saat cemburu itu menyapa…

Lalu dimanakah saat cemburu yang tepat?

Cemburu adalah diksi indah yang melukiskan hebatnya sebuah ilustrasi rasa, kata indah yang berkali kali Rasulullah Shalallahu’ Alaihi Wassalam utarakan untuk mendeskripsikan sebuah suasana bahwasannya Dzat Maha Pencipta Allah Aza Wajala yang menggenggam Cinta adalah Cemburu pada sebuah situasi atas hambanya.

Rasulullah saw bersabda; “Tidak ada seorangpun yang lebih menyukai pujian daripada Allah maka oleh karena itulah Dia memuji Zat-Nya sendiri. Dan tidak seorangpun yang lebih cemburu daripada Allah maka karena itu Allah mengharamkan perbuatan keji” (Bukhari Muslim)

Rasulullah saw bersabda;
“Sesungguhnya Allahpun cemburu dan orang yang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah, yaitu jika orang mukmin melakukan apa yang diharamkan”. (Bukhari, Muslim)

Yang harus kita perhatikan adalah, bawasannya Allah Azza Wajala akan Cemburu kepada hambanya pada sebuah situasi..Dan kita harus mengetahuinya, agar kita bisa menghindarinya.. Sebelum cemburu yang datang dari Cinta itu berubah menjadi Murka..

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah itu cemburu dan orang yang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah, yaitu jika orang mukmin melakukan apa yang diharamkan”. (Shahih Muslim No.4959)

Diriwayatkan juga dari Aisyah Ra ketika menceritakan peristiwa Gerhana di madinah semasa Rasulullah saw:
“…Hai umat Muhammad, tidak seorang pun lebih cemburu daripada Allah, bila hambanya, lelaki maupun perempuan, berbuat zina. Hai umat Muhammad, demi Allah, seandainya kalian tahu apa yang kuketahui, tentu kalian banyak menangis dan sedikit tertawa. Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan”. (Lihat Shahih Muslim No.1499)

Sampai kepada sebuah simpulan,
Betapa cerdasnya jika seorang istri atau suami, cemburu, dalam sebuah kondisi yang diarahkan atau disejalankan dengan kecemburuan Allah kepada Hambanya. Sederhananya, Istri boleh cemburu saat suaminya diketahui mulai mengerjakan perbuatan keji atau zina atau sesuatu yang diharamkan Allah lalu mencegahnya atas nama kecintaan.

Dalam kondisi ini cemnburu sang istri menjadi Wajib,
Seperti yang telah saya tuturkan diatas bahwasannya salah satu fungsi Cemburu itu adalah Kontrol untuk mengendalikan sebuah bahtera rumah tangga agar abadi hingga Akhirat yang kekal.

Beberapa Al Hadits diatas sengaja disajikan dalam bentuk lugas agar mudah dipahami, dengan tidak menambah atau menghilangkan maknanya. Ada beberapa yang hanya berupa kutifan agar redaksi catatan ini tidak terlalu panjang.

Artikel tentang “Kecemburuan Allah” telah saya publish diartikel sebelumnya di Catatan dan Page Catatan NAI yang bertajuk “Ketika Allah Cemburu”.

Demikian selamat menyambut pagi,

Salam Bahagia,
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Ahukumfillah
NURUDDIN AL INDUNISSY
RIYADH 2011