[fusion_builder_container hundred_percent=”no” equal_height_columns=”no” menu_anchor=”” hide_on_mobile=”small-visibility,medium-visibility,large-visibility” class=”” id=”” background_color=”” background_image=”” background_position=”center center” background_repeat=”no-repeat” fade=”no” background_parallax=”none” parallax_speed=”0.3″ video_mp4=”” video_webm=”” video_ogv=”” video_url=”” video_aspect_ratio=”16:9″ video_loop=”yes” video_mute=”yes” overlay_color=”” video_preview_image=”” border_size=”” border_color=”” border_style=”solid” padding_top=”” padding_bottom=”” padding_left=”” padding_right=””][fusion_builder_row][fusion_builder_column type=”1_1″ layout=”1_1″ background_position=”left top” background_color=”” border_size=”” border_color=”” border_style=”solid” border_position=”all” spacing=”yes” background_image=”” background_repeat=”no-repeat” padding_top=”” padding_right=”” padding_bottom=”” padding_left=”” margin_top=”0px” margin_bottom=”0px” class=”” id=”” animation_type=”” animation_speed=”0.3″ animation_direction=”left” hide_on_mobile=”small-visibility,medium-visibility,large-visibility” center_content=”no” last=”no” min_height=”” hover_type=”none” link=””][fusion_text]
Kajian 10 | Hakikat Cinta Kepada Al Quran & As Sunnah, Pada Wujud Kesembuhan yang Hakiki
Pertanyaan:
Hakikat Cinta Kepada Al Quran dan As Sunnah, Pada Wujud Kesembuhan yg Hakiki.??
[/fusion_text][/fusion_builder_column][/fusion_builder_row][/fusion_builder_container][fusion_builder_container hundred_percent=”yes” overflow=”visible”][fusion_builder_row][fusion_builder_column type=”1_1″ layout=”1_1″ background_position=”left top” background_color=”” border_size=”” border_color=”” border_style=”solid” spacing=”yes” background_image=”” background_repeat=”no-repeat” padding_top=”” padding_right=”” padding_bottom=”” padding_left=”” margin_top=”0px” margin_bottom=”0px” class=”” id=”” animation_type=”” animation_speed=”0.3″ animation_direction=”left” hide_on_mobile=”no” center_content=”no” min_height=”none” last=”no” hover_type=”none” link=”” border_position=”all”][fusion_text][Ancha Alamsyah, Trainer dan Ketua Umum Rumah Rehab Makassar [6/22/2015, 10:13]]
Bismillah asholatu wassalamu ‘ala Rosulillah, wa’ala alihi wa shohbihi ajma’in wa man tabi’ahum bi ihsani ila yaumiddin. Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang maha luas dan kekal kasih sayangnya. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah limpah kepada Rasulullah beserta orang tercinta didekatnya, keluarga, keturunan dan seluruh pengikutnya hingga Akhir jaman.
Cinta itu lahir karena butuh, kebutuhan yang akan melahirkan kepatuhan. Rasa patuh itu semakin kuat ketika kebutuhan semakin kuat, semakin butuh semakin cinta. Adapun karakteristik seorang pecinta itu adalah selalu ingin dekat dengan yang ia cintai, realisasi cinta ini bisa dalam berbagai bentuk dan perwujudan. Kadang dengan mengidentikan diri dengan yang ia cintai, menyebut-nyebut namanya, ingin menolongnya, memenuhi kebutuhannya, menaatinya, menyebut-nyebut namanya, berkorban untuknya bahkan pada puncaknya rela mati untuk yang dicintainya.
Dalam tubuh manusia ini ada dua unsur setidaknya, yaitu ruh dan jasad. Sebagian berpendapat juga mengimani tentang adanya jiwa yang terpisah dari ruh, namun demikian telah menjadi pengetahuan umum bahwa dalam diri kita ada hal yang sifatnya nyata [jasadi] dan ada ruhani. Yang jasad ini kemudian disebut materi dan yang ruhani ini disebut imateri, hingga kemudian disebutkan ada kebutuhan materi dan imateri. Ruhani dan jasmani ini dua-duanya memiliki kebutuhan yang sama pentingya, kedua kebutuhan itu harus seimbang dan diisi. Ketika ia tidak dipenuhi maka ia akan sakit.
Mereka yang sering mementingkan kebutuhan kebutuhan jasadi disebut materialis. Dan kebanyakan manusia yang tertipu berlaku demikian, termasuk muslimin-muslimah bahkan barangkali diri kita. Bagi yang terlalu mementingkan kebutuhan jasadi ini, Allah akan ingatkan ia tentang ruhani yang kehausan yaitu dengan sakitnya jasad [sebagai alarm].
Artinya kecintaannya kepada benda/jasad/materi ini harus diseimbangkan, bahkan harus diubah karena hampir seluruh kebutuhan spiritual itu adalah persiapan menyeluruh untuk sebuah hari yang sangat panjang. Kita sudah maklum bahwa mereka yang akan pergi dan sadar akan kepergiannya itu pasti akan bersiap-siap. Disisi lain, kita telah sangat yakin bahwa kebutuhan spiritual ini berkaitan erat dengan kesembuhan jasad. Jasmani akan sembuh perlahan-lahan setelah ruhani seseorang sembuh.
Bahkan bagi seorang muslim, sebenarnya kondisi jasad itu bukanlah masalah besar karena diakhirat kelak kita tidak akan ditanya tentang jasad namun tentang qalbu. Dari itu jelas kesehatan qalbu/spiritual lebih penting, dan untuk menggapai kesembuhan dengan ruqyah yang sempurna tentu kita harus memperhatikan bahwa teraphy ruqyah itu adalah dibacakan al Qur’an yang ia merupakan bagian daripada sunnah.
Jika seseorang ingin sembuh dengan sunnah, maka tentu ia harus mengambil dan mencintai semua sunnah yang ia mampu tidak memilih yang ia sukai saja. Atau minimal tidak membenci ahlussunnah. Tentunya jika kesembuhannya ingin sempurna maka upayanya pun harus sempurna, dan satu pekerjaan tidak akan sempurna kecuali ia mencintai pekerjaan itu.
Nah lalu apa hal yang mendasari pentingnya cinta kepada Al Qur’an dan Sunnah ini hingga mempengaruhi kesembuhan jiwa dan jasad seseorang?
Jawabannya menjadi sederhana ketika kita mengetahui hakikat diatas. Ketika ia menyadari bahwa Al Qur’an itu adalah mukzizat kenabian terakhir yang tidak ada lagi mukzizat setelahnya maka ia pun harus menyadari bahwa al Qur’an itu sesuatu yang agung, ia adalah bagian dari rahmat Allah yang tidak akan diberikan kepada mereka yang ingkar kepadaNya. Artinya butuh proses agar al Qur’an itu menyembuhkan, karena ia pun perlu mengubah keadaan qalbu dan kehidupannya.
Kesembuhan dengan Al Qur’an itu bagian dari sunnatullah, ia adalah sesuatu yang mutlak namun tentunya butuh proses untuk menggapai rahmat Allah yang maha tinggi. Berbicara masalah proses tentunya tidak sebentar, maka dari itu seorang hamba yang ingin menjemput kesembuhan dengan al Qur’an maka ia harus mencintainya.
Adapun tentang ritual sunnah, ia merupakan benteng terbaik untuk menghindari segala marabahaya. Setelah memperbaiki akidah dan tauhid, memurnikan ketaatan hanya kepada Allah maka seorang mukmin akan mencari sunnah-sunnah sebagai tambahan. Semakin banyak sunnah yang dilakukan semakin kuat benteng ghoib yang ia buat, karena Allah mencintai amalan-amalan sunnah yang dilakukan hambaNya.
“Sunnah itu mahal harganya, tentu saja tidak akan pernah terbeli dengan dunia seberapun besar nilainya. Maka dari itu satu-satunya jalan untuk menggapainya adalah dengan mendekatinya, mencintainya dan kembali kepadanya”.
Karena puncak kesembuhan itu ketika manusia ridho kepada Allah sebagai rabbnya, ad Dinul islam sebagai agamanya dan muhammad sholallahu alaiyhi wa sallam sebagai rasulnya. Ketika manusia ridho kepada Allah maka Allah pun akan ridho kepadanya, maka disana hilanglah seluruh kesakitan jiwa dan jasadnya. Ia akan sembuh, cepat atau lambat dan disana ada sebuah jaminan yang pasti; Syurga yang luas dan kekal.
Wallahu A’lam[/fusion_text][/fusion_builder_column][/fusion_builder_row][/fusion_builder_container]