Logo

JIN BANGSAWAN

JIN BANGSAWAN

Tadi pagi sepertinya shubuh baru saja berlalu, dan matahari masih tertidur. Satu sms singgah di bb saya, dan saya lihat dari sahabat RehabHati di Pekalongan. Oh iya, hari ini ada janjian dengan suami-istri yang bermasalah itu. Saya pause PinacleStudio Video Editor di laptop saya dan turun ke lantai satu untuk menjemput klien yang sudah di gerbang Rumah Rehab.

Saya persilahkan masuk, langsung naik ke lantai 2, kantor yang juga berfungsi sebagai kamar pribadi dan juga ruang eksekusi khusus. Saya dengar perusak keluarga beliau ini jin mahabbah..

Biasa lah kamar cowok, berantakan. Saya rapikan infokus dan tas-tas, cariel, camera, handycamp, sampah kertas, tisue box dan beberapa diktat serta buku-buku dan cable-cable yang berserakan. Sambil basa-basi menyambut tamu yang mengenal saya di internet dan baru bertemu hari ini tersebut.

“Kamar bapa di sebelah, kamar mandinya barng saya aja ya pa”. Sapa saya memulai perbincangan dan mempersilahkan masuk. “Ini kamar pribadi to ustad?” Katanya sambil manggut. Saya jawab; “Tak apa koq pa, ini tempat untuk siapa aja. Anggap aja basecamp”. Jawab saya lagi seperti biasa.

Saya memasukan tas vaio ke lemari kosong disebelah kanan, melangkahi satu kasur yang memang diletakan dibawah sebagai kasur double untuk pasien yang mau “breakdance” seperti klien mantan ilmu kejawen di Pelatihan Rehab Hati Qur’ani Bintaro kemarin. Tiba-tiba…

“Buk…. Hrrghh…. Hhh!”
Tiba-tiba satu tas menghantam paha saya, saya meloncat kaget. Hampir saja breakdance sejadinya. Siapa yang menghantam paha saya, apa kaki saya menginjak sesuatu?

“Lho,,,lho…lho! Belum Bu. Haha” Ucap saya sambil grogih.
Bagaiman tidak kaget, si ibu berjilbab itu menghantam paha saya dengan tasnya.
Saya berfikir, bagaimana jika di tasnya itu ada martabak telor?

Istri klien saya tersebut melotot beringas dengan posisi jurus-jurus tidak dikenal. Seperti karateka yang terluka di lututnya. Tiba-tiba dia berdiri dan menunjuk ke hidung saya..

“Hei anak kecil! Wanita ini milik saya, dan saya tidak suka kamu melatih suami-istri ini jadi seperti kamu!” Kata ibu itu sambil berdiri dan lehernya melenggok seperti ular. Matanya beringas bikin dada saya degdegan dan menelan ludah.

Bagaimana tidak begitu, saya berencana gosok gigi dan mandi untuk menyambut tamu yang sudah menempuh jarak 11 jam dari Rumahnya di Pekalongan menuju Rumah Rehab di Depok ini. Dan saya tentu saja, akan menyambutnya. Baru saja mau menawarkan, apakah mau mandi dulu atau rehat dulu. Eh, sambutan jin dalam tubuh si ibu malah lebih dahsyat…

“Begitu adab kamu bertamu? Duduklah! Kamu telah mengawali pertemuan ini dengan sebuah kesalahan. Kamu memukul saya sebagai salam?” Saya membela diri dengan mengarahkan telunjuk ke bahunya dan membaca surah yasiin ayat 9.

“Duduklah! Bersopan santunlah Aduwallah!! Ibu ini adalah tamu pribadi saya” Hardik lidah saya sambil menatapnya tajam. Ibu itu duduk, seakan ada kekuatan yang menindihnya kebawah. Allahuakbar!

“Sebagai pribadi, saya persilahkan untuk duduk”.
Kata ibu itu sambil mempersilahkan saya duduk dikarpet kamar saya itu. Saya duduk, bersila didepannya. Dia menunduk, dan saya menarik nafas. Ibu itu terus menunduk, dan tidak berani angkat kepala lagi hingga 2 jam berikutnya.

Saya tidak ingat pasti jam berapa suami-istri itu datang, namun itu adalah record paling pagi. Sekitar jam 8.30 Jin dalam tubuh ibu itu masuk Islam secara indah dan mengesankan. Tumben saya sampai nangis banyak saat membacakan surah al Jin untuknya, dan jin itu sujud menangis terseguk-seguk.

Sebelum masuk Islam, jin beragama hindu ini menceritakan bahwa dia adalah jin bangsawan yang dendam karena keluarganya banyak mati terbunuh oleh pasukan Raja Fatahilah saat peperangan dalam penebaran Islam di Jawa.

Setelah melihat kesedihan diraut wajahnya, saya berniat untuk berdakwah untuk jin ini. Tentu saja, Rasulullah Sholallahu Alaiyhi wa Sallam pun diutus untuk Manusia dan Jin. Dan Al Qur’an ini diturunkan untuk semesta Alam. Saya ingin berbagi keindahan al Qur’an kepada jin ini.

Ketika ibu tadi mulai terduduk, saya bertanya kepada jin itu tentang agama,  tuhan dan kepercayaannya serta waktu lamanya jin itu diam dalam tubuh ibu. Dia diam, dan saya langsung menghakiminya tanpa ampun dengan perkataan:

“Apa gunanya usia kamu wahai jin, jika hingga saat ini kamu tidak mengenal siapa tuhan kamu dan kamu buta akan kemana langkah kamu berakhir?”

“Siapa yang menyuruh kamu?” saya melanjutkan.
Jin itu menggelengkan kepala, lalu mengangkat dagunya dan berteriak: “Saya dendam sama nenek moyang anak ini! Saya tidak mau dia punya keturunan, sudah lama saya berencana membunuh dia. Juga semua orang yang menlongnya, termasuk kamu!” Kata jin itu melalui tubuh ibu.

“Saya ini bukan dukun ya mahsyarol jin, saya adalah hamba Allah biasa yang ingin menunjuki keluarga ini jalan kesembuhan dalam al Qur’an. Namun jika ada musuh Allah dalam tubuh ini, maka Allah berhaq melakukan apapun untuk mengazab mahluknya yang sombong seperti kamu! Ayat yang saya bacakan bisa saja membakar dan menghancurkan kamu. Dan ingat, saya tidak takut mati. Karena Allahlah Rabb yang menggenggam ruh saya”. Jawab saya sampai tenggorokan saya hampir tersedak.

“Membunuh kamu adalah hal kecil!” Kata jin itu tanpa saya duga.

“Apah!? Itu kesalahan ke dua kamu Jin… dan saya tidak akan membiarkan kesalahan ketiga terjadi. Saya khawatir atas azab Allah terhadap kamu” Jawab saya spontan menghardik balik gertakannya.

Jin itu diam, dan saya mengambil alih situasi.
“Saya ini bukan dukun, saya bukan peruqyah seperti yang lainnya. Kamu berkata ingin membunuhnya, kenapa kamu tidak bisa membunuh anak ini hingga hari ini? Kenapa kamu membiarkan anak ini sampai ke kantor saya?”

“Saya sudah menghalanginya, tapi anak ini kuat. Dia pasrah kepada Allah dan saya tidak berdaya sepanjang jalan”. Kata jin itu.

“Apa yang membuat kamu gagal membunuh anak ini?”

“Dia kuat shalatnya, dia sering ngomel-ngeomel pagi dan sore yang membuat saya menderita. Dia sering berkata sesuatu yang membuat badan saya seperti terbelah”.

“Apa kata itu?”

“Alhamdulillah”. Jawab jin itu.

“Lalu, apa yang kamu rasakan saat anak ini baca Al Fatihah?”

“Badan saya seperti ditusuk-tusuk kayu bakar”

“Kayu bakar kecil atau bagaimana?

“Kayu bakar yang besar, sangat besar!”

“Lalu apa yang kamu lihat dalam tubuh saya?”

“Tidak ada”. Jawab jin itu seperti berdusta.

“Apa yang kamu lihat?! Apa kamu melihat cahaya dan semisalnya” Desak saya.

“Cahaya di ubun-ubun” Katanya sambil terus menunduk. Saya yakin jin itu berdusta.

“Kamu sedang berdusta. Al Qur’an itu adalah kalamullah, yang ketika dibacakan kepada jin yang jujur dan mukmin, dia akan merasa sejuk. Dia akan membakar jin dzalim, dan siksa buat jin pembangkang seperti kamu”.

“Ada cahaya mengelilingi tubuhmu, ustadz”. Kata jin itu lagi.

“Nah begitulah, jujurlah. Itu bukan cahaya tapi api. Terus apa yang terjadi dengan tagan kanan kamu saat memukul saya tadi?” Tanya saya lagi.

“Terkelupas” Jawabnya.

“Kamu tahu ga, bahwa Al Qur’an ini menyembuhkan. Saya akan buktikan, insya Allah”.

“Jangan, biarkan saya merasakan sakit ini, seperti kesakitan yang dirasakan wanita ini selama saya mendzaliminya”, kata jin itu menunjukan signal baik.

“Tidak apa-apa, Rasul pun diutus kepada kaum kamu. Jin. Apa ada tempat yang sakit di tubuh kamu?”

“Jika sembuh, saya akan ikut kemanapun ustad pergi dan patuh” Kata jin itu.

“Tidak perlu, saya hanya butuh Allah sebagai pelindung. Saya hanya ingin membuktikan keagungan Al Qur’an. Dan, “La ikraaha fiddin” tidak ada paksaan dalam islam, wahai Jin. Saya akan bacakan satu ayat dalam al Qur’an, dan saya meniatkan tidak untuk membakar kamu. Namun jika kamu berniat jahat, Allah akan menimpakan siksa adzab-Nya bi’idznillah”. Jin itu diam. Saya membenarkan posisi duduk dan membaca ta’awudz.

“Koq saya merinding ustad?” Kata jin itu.

“Iya, saya bacakan ta’awudz itu untuk memohon perlindungan kepada Allah dari Syaitan. Kamu lihat syaitannya pergi kan?”

“Iyah, iyah.. ” Kata jin itu.

Saya melanjutkan membaca basmallah dan surah Al Isra 82. Jin itu seperti mengeliat dan meregangkan tubuhnya, lalu nunduk lagi. Dan saya bertanya. “Apa yang terjadi dengan tubuh kamu? Apa yang kamu rasakan? Sejuk atau panas?”

“Duri-duri ditubuhku lepas berjatuhan ustad”. Katanya sekali lagi mengagetkan saya. Rupanya itu adalah duri-duri bekas hantaman kayu bakar akibat dzikir pagi dan petang yang didawamkan ibu tadi.

“Ada yang lain ga, yang masih sakit?”

“Dada saya” Kata jin itu sambil memegang ulu hatinya.

“Itu sakit hati kamu, dendam kamu. Dengarkanlah, sultan Fatahilah tidak membunuh kalian wahai jin. Tapi balatentara Allah yang membunuh mereka saat kaum jin itu menghalangi penyebaran islam saat itu. Ingat, manusia itu tidak bisa melihat jin tidak seperti kalian”. Jawab saya. Jin itu mendengarkan.

“Yah, jadi Allah berfirman tadi bahwasannya Al Qur’an ini adalah penawar atau syifa, seperti firman-Nya yg saya bacakan tadi dan kamu merasakan manfaatnya. Allah juga berfirman dalam ayat lain, yang bunyinya hampir sama bahwasannya Al Qur’an ini petunjuk dan juga Obat, semisal dalam surah Fushilat 44”. Paparan saya menjelaskan, lalu saya bacakan ayat tersebut, seakan sedang duduk diantara majlis yang dikelilingi jin kafir yang bertaubat.

“Nah, obat apa?” Tanya saya.

“Adalah penyembuh bagi semua obat didalam dada, apa yang ada didalam dada? Yaitu hati. Entah saya tidak tahu apakah jin punya hati atau tidak”. Lanjut saya. Lalu saya bacakan surah yunus ayat 57 selengkapnya, juga dengan artinya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

“Dada saya ustad! Dada saya?” Kata jin itu sambil memegangi dadanya.

“Kenapa dada kamu?” Tanya saya.

“Seperti diremas”, Kata jin itu.

“Subhanallah! Para balatentara Allah sedang membersihkan hati kamu, dan mengeluarkan kotorannya wahai Jin”. Jawab saya terperangah.

Selang beberapa menit kemudian jin itu mulai tenang, dan saya bertanya.

“Masih ingat sama janji kamu, dengan perkataanmu sendiri? Bahwa kamu akan patuh jika saya membuktikan keagungan Al Qur’an ini?”

“Iya ustad, saya kan bangsawan. Saya terhormat, pantang bagi saya mengingkari janji saya. Saya ingin segera masuk Islam”.  Katanya membuat saya berkaca-kaca.

“Lihatlah, betapa Allah menyayangi kamu. Entah berapa manusia kamu ganggu dan sesatkan, mungkin banyak yang kamu bunuh. Sekarang Allah membawamu kepada cahaya Islam”. Jin itu menangis.

Dia saya suruh menghadap kiblat, dan bersyahadat dengan bimbingan saya. Dia memohon ampun kepada Allah dan meminta maaf kepada suaminya.

Adeugan selanjutnya tidak bisa saya tulis, karena terlalu panjang. Jin itu mengeluarkan semua racun ghaib dalam tubuh, termasuk di rahim yang membuat sel telur ibu ini mati saat sebelum pembuahan terjadi. Dia saya suruh untuk memerintahkan semua anak buahnya untuk keluar, kemudian saya obati luka bakar ditangannya dengan al Fatihah, diganti namanya dari Raden Kolah jadi Muhammad Ilham Al-Nuri (Al Nuri ini atas permintaan dia, karena dia senang melihat jin islam bercahaya dan senang terhadap semua cahaya-cahaya).

Selain itu saya bacakan surah al Jin sebagai kisah hadiah untuk dia, bahwa dalam al Qur’an itu ada kisah tentang mereka. Di ayat 14, ketika berbunyi:

وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا

dia menangis dan tersungkur, kearah kiblat. Hampir 90 menit kemudian dia bertanya banyak hal, termasuk keharaman-keharaman tntang ketidak bolehan hubungan jin dan manusia, percintaan jin dan manusia, cara bertaubat, tentang kesyirikan, tentang keris, tentang salaf, tentang kyai berkhodam, tentang khodam, tentang, Rasulullah saw, tentang kedudukan shalat, dan semua hal yang menyakitkan dia saat dia masih kafir..

Alhamdulillah saya jawab hingga dia merasa sangat puas dan sadar diri untuk pamit, setelah itu saya ambil sumpahnya dan Nurry pergi dengan mengucap salam.

MegaProject berikutnya adalah suaminya, saya melihat indikasi diwajahnya. Yang sangat menonjol adalah ketika saya menyalakan handycam untuk merekam berlangsungnya acara, dan dia menolaknya. Hampir saja mengganggu fokus saya,

Sang suami sama sekali tidak merasa bahwa dalam dirinya ada gangguan, setelah saya berikan diktat RHQH dia mengamati dalam dirinya lebih dari 7 ciri dari 40 ciri gangguan jin dalam tubuhnya. Dan dia bersedia diruqyah. Seperti dugaan saya, juga perkataan jin dalam tubuh istrinya tadi, bahwa dibelakang laki-laki ini ada jin berjubah putih menemaninya.

Ketika ditanya, suka wirid apa, si bapa jawab itu dahulu dan dia sudah buang serta bertaubat. Saya berkata, untuk khodam yang di undang tidak bisa ditaubati saja. Jin dan ilmunya pun harus dilucuti dengan ruqyah syariyyah.

Si ibu kemudian menerangkan bahwa bapa ini mantan penganut tenaga dalam, kebatinan (pukulan jarak jauh), pernah puasa mutih dan eskul lain. Saat ini si bapa memiliki penyakit ambein, suka lupa rakaat shalat dan matanya berkedip hebat ketika tangan saya mulai menyentuhnya.

Ketika mulai dibacakan ayat Ruqyah si ibu terlihat marah, dan saya melanjutkan. Setelah saya pegang, ternyata itu adalah khodam lain yang diwarisi sama bapaknya sibapak. Selepas itu saya ruqya h ibu untuk kedua kalinya, dan alhamdulillah jin itu keluar. Jin itu adalah, khodam dari ayahnya yang dikirim untuk menyembuhkan. Sayang jin itu kalah dan menjadi pesuruh jin yang lebih kuat untuk menyakitinya.

Kemudian saya pegang lagi bapa, dan ibu itu masih seperti terlihat marah. Bahkan, ketika saya mulai pegang pundak bapa, tiba-tiba saja si ibu berdiri dan melakukan formasi jurus mau menyerang, dia berdiri dan berputar mengelilingi saya. Dia meloncat mau mencekik atau memukul saya, dan 30 centi meter sebelum sampai dia terjatuh lemas.

Saat yang tepat untuk memberi jin yg mengaku dari Gunung simeru ini pelajaran, jin itu disiksa hingga jam 11an siang.

Selepas itu kami istirahat, dan shalat lalu nulis kisah ini. Alhamdulillah mereka sudah bangun dari kamarnya, dan masuk lagi ke kantor Rehab. Saatnya melanjutkan rehab klien yang di klaim dokter memiliki penyakit Virus Tokso (tidak boleh hamil, dan jika hamil cacat) dan mereka memang, tidak hamil setelah 11 tahun menikah ini. Lebih menarik lagi, ternyata itu adalah dendam jin keturunan karena sang ibu ini keturunan Sultan Fatahilah yg dimusuhi jin.

Insya Allah, saya tulis lagi lanjutannya jika ada kisah seru yg layak saya tulis. Kisah meruqyah Sihir Gila 8Tahun (Video) belum bisa saya publish. Maen aja ke Rumah Rehab ya…

Salam Tauhid.
Nuruddin Al Indunisyy.
Rumah Rehab, Depok – Jakarta Selatan.