Jika kita sederhanakan lagi, maka kita akan melihat cahaya itu. Cahaya yang memperhatikan kita, karena kita adalah penanggungjawabnya. Penanggungjawab atas berkas-berkas yang kita tebarkan. Maka buahnya adalah kegelisahan, ketenangan, atau kemenangan. Mungkin lebih tepatnya kekhawatiran.
Namun, dari kesemua itu. Tidaklah arif jika kekalahan itu disikapi dengan sesuatu yang semakin membuat kita kalah. Karena kemenangan sesungguhnya itu bukan disini, tapi disana. Kita tidak harus menuntaskannya disini, tapi disana. Dipengadilan menjelang detik-detik mendebarkan saat meja persidangan dihari hisab digebarak. Dan kita diam.
Hingga tidak ada kekhawatiran jika kita ingin memperbaiki diri dengan satu kesatuan tekad, menuju cahaya. Tidak berfigur kepada siapapun, karena ilmu bisa diperoleh dimana saja. Semoga hidayah-Nya yang dulu meneduhkan itu bisa kita jaga, dimanapun kita berada. Dimanapun hati terpaut, dimanapun dan jadi apapun dirimu.
Ramadhan Kareem.
Nuruddin Al-Indunissy