Bid’ah dan Syirik adalah lahan dakwah yang strategis, gembur dan subur. Ketika kita mampu menarik manusia dari lembah ini, maka keberkahan dari langit turun laksana hujan. Namun..
Tak jarang, fenomena yang terjadi adalah sebaliknya. Sang d’ai menerima hujatan. Bahkan ditinggalkan kaum muslimin, dakwah terhenti dan bermunculan bibit-bibit perpecahan. Kebencian bahkan phobia terhadap sunnah dan tauhid yang menjadi lawan mainnya.
Saudaraku sekalian, dakwah para peruqyah adalah sederhana dan spesifik. Menebarkan cahaya sunnah melalui pengobatan, menyampaikan pesan bahwa dalam islam ada pengobatan yang tak kalah canggih dan ajaib nan berkah.
Tugas kita bukanlah mencela, menghujat, mendebat bahkan bercanda pun sebaiknya jangan. Dihadapan kita adalah orang awam yang sedang berada dilembah kesusahan, seandainya mereka tahu bahwa apa yang ia amalkan adalah racun akidah, maka tidak mungkin mereka ambil.
Mereka mencari solusi, maka solutiflah dalam setiap gerak dan dakwah yang kita lancarkan. Karena ilmu tidak akan bermanfaat disampaikan kepada yang telah berilmu, ilmu akan menghilangkan haus dan lapar kepada mereka yang dahaga dengan ilmu itu sendiri.
Maka sampaikanlah dengan bahasa mereka, sampaikan solusi. Sampaikan kebenaran hingga yang bathil akan nampak. Jangan hujamkan kata-kata kasar, karena seandainya mereka pergi maka luka itu akan mereka bawa selama sisa hidupnya..
Namun, jika kita sampaikan dengan penuh empathy. Maka saksikanlah mereka duduk mendengarkan, tercerahkan dan semoga mendapat hidayah. Dan darinya kelak pintu-pintu kebaikan terbuka. Dan setiap kebaikan akan berkumpul di Syurga-Nya.