Jika logika tidak lagi mampu menembus tabir keagungan-Nya, maka setidaknya didiklah hati dan jiwaraga untuk meng-istimewakan prasangka kepada-Nya. Insya Allah akan engkau temui sebuah titik, bahwasannya semuanya hanyalah tentang Ujian.
Jika engkau telah menyadari bahwasannya semua itu “hanyalah” cara-Nya untuk menguji kita, maka kita akan segera melihat cahaya itu. Masalah adalah kawan lama yang dulu pernah mendewasakan kita, mengajarkan kepada kita kesabaran.
Jadi bersabarlah lagi, dan bersahabatlah dengan takdir-Nya..
Bukankah dulu kita mampu melewati masalah-masalah itu?
Sungguh kita telah melewati masa yang tidak mudah, pendakian untuk memetik satu bunga. Jika engkau temui bahwa edelweiss itu tidak harum maka, terimalah. Karena tidak semua bunga itu harum, mungkin dari ketidak sempurnaan itu kita bisa belajar… tentang penerimaan.
Kita tahu, bahwa pendakian ini menuju puncak, dan kita juga tahu bahwasannya tak ada pendakian yang meng-enakkan. Namun kita sering lupa, bahwasannya ketika kita telah berdiri di puncak tugas kita adalah terbang dengan sayap yang seharusnya kita persiapkan selama pendakian itu.
Jangan ikuti kebanyakan pendaki, yang akan kembali turun setelah berada dipuncak kemenangan. Terbanglah ke puncak lain dengan sayapmu. Karena kemenangan itu tidaklah disini, tapi dihari lain yang abadi. Terbanglah kepuncak-puncak lain, jangan terjun menukik atau turun menuruni lagi lembah hina dalam jerembab keluhan dan ikatan masalalu.
Lepaskanlah..
Maafkan, Relakan dan Ikhlaskan.
Salam Bahagia.
NAI