Pagi itu, jam kerja baru dimulai.
Kami memang menyebut tempat itu sebagai kantor, meski sebenarnya hanya sebuah kotsan biasa setidaknya untuk memotivasi kami menyukseskan satu misi. Misi yang kami sebut jihad atau entahlah, apapun itu kami memang mengokohkan niat untuk berada di jalur itu. Meski perlahan tapi pasti tubuh kami terus mengelupas terbakar amarah pandang yang menyala-nyala ke kantor Rehab Hati.
Sahabat saya, tidak usah disebut namanya.
Dia seorang salaf muda, bertauhid dan tegas meski sesekali ia hijabkan seyum dan tawa diwajahnya menjadi tabir kekokohan azam di dadanya. dia duduk disampingku dan berkata, “akhi..”.
“Iyah”, sambutku.
Kami memang biasa memanggil satu sama lain akhi atau ukhti, meski saya sendiri bukan kyai berilmu tinggi. Hanya saja kami mengagumi mereka dan menghormati fiqrah mereka.
“Setiap ayat ke 28 hingga 30 surah yang ana baca, tenggorokan ini pasti serak dan terhenti. Seperti ada yang menyumbat dan biasanya ana langsung rukuk dan sujud meski belum puas membaca ayat yang panjang dalam shalat”. Katanya menatapku senyum dibalut sedikit kebingungan.
Saya terkejut, “iyah. mm. Masha Allah… jadi setiap jadi imam di depan ana dan membaca ayat panjang, antum bukan nangis?” Jawab saya menghilangkan kekaguman kemarin dan sebelumnya, saya sering menemui tenggorokannya parau ketika diakhir surah panjang yang ia baca dalam shalatnya.
“Bukan akhi, berat..tenggorokan menjadi berat”. Katanya memperlihatkan harapannya untuk sebuah jawaban ringan dariku.
“Bisa kita muroja’ah sekarang?”
“Boleh” sahutnya.
Aku mengambil mushaf dan membuka surah Albaqarah, dan dia menutup laptop dihadapannya. Akupun mematikan tilawah dilaptopku dan mengisyaratkannya jika saya sudah siap.
Dan dia mulai melantunkan Surah ke 2 dalam Al Qur’an itu dengan tartil dan indah. Di ayat ke 23 konsentrasinya terganggu karena ada satu huruf yang ia baca salah, diayat 32 ia salah lagi dan aku menegurnya melalui mushaf ditanganku. Sebenarnya aku ingin membimbingnya untuk mendekatkan telapak tangannya ke bibir saat membaca ayat-ayat yang ditakuti jin tersebut.
Di ayat ke 38 ia berhenti, aku mengira hafalannya hanya itu. Dan, aku melihatnya meringis memegang tenggorokannya. Hm..
Benar dugaanku, aku menutup mushaf dan memberanikan diri membimbingnya. Akhi, sekuat apapun antum berperang dengan logika, jin itu ada dan ia bisa mengganggu manusia. Dan inilah buktinya.
Dia menatapku.
Coba dekatkan tangan kanan antum kemulut dan lafalkan al Fatihah saja. Dan beliau mengikuti, ragu.
“Sekarang letakan diperut dan rileks. Tarik ke dada perlahan-lahan, seakan antum sedang mengumpulkan air yang menyebar di tubuh bagian depan antum. Tarik lurus keadada… tarik terus hingga ke tenggorokan”
Dia terlihat meringis, setelah mengikuti arahanku dengan sempurna. Tangannya sudah mantap di tenggorokannya, ia seperti kesakitan.
“Rapatkan dan buang dimulut, ucapkan ‘bismillahi Allahuakbar!”
“Agh…” gumamnya sambil menggelengkan kepala dan matanya merem lalu terbuka lagi.
Aku menyuruhnya hingga 3 kali, dan hasilnya sama.
“Akhi, antum kurang yakin”.
Ucapku sambil menatapnya dan beliau tidak berkata apa-apa. Aku mendekatinya dan meletakan tangan kiriku di ubun-ubunnya. Tangan kananku diletakan di dadanya, hatiku tidak berhenti berdzikir. “La haula walaa quwwata illaa billahil aliyhil Adziim!”
Aku menarik tanganku ketenggorokannya dan memegangnya sesaat di dagu; “Allahuakbar! Ukhruj…!! ya Mal’un!” [fusion_builder_container hundred_percent=”yes” overflow=”visible”][fusion_builder_row][fusion_builder_column type=”1_1″ background_position=”left top” background_color=”” border_size=”” border_color=”” border_style=”solid” spacing=”yes” background_image=”” background_repeat=”no-repeat” padding=”” margin_top=”0px” margin_bottom=”0px” class=”” id=”” animation_type=”” animation_speed=”0.3″ animation_direction=”left” hide_on_mobile=”no” center_content=”no” min_height=”none”][ukhruj ya mal’un=keluarlah hei kamu mahluk terlaknat!]
“Fiufsssh…”
Dari mulutnya terdengar suara gas meletup ke langit kamar, dia menengadah dan terengah-engah.
“Allahukabar..hh. Hhh.. seperti ada bola menggelinding dari dada ke tenggorokan dan keluar khi.” Ungkapnya dengan nada heran, serius.
“Iah, itulah.. yang selama ini mengganggu muroja’ah antm, mengganggu sholat antum..” Jawabku
“ALLAHUAKBAR! benar-benar durjana. Ini benar-benar musuh yang nyata!” Katanya geram. Tidak pernah saya melihatnya wajahnya seperti itu, karena ia memang berpribadi tenang. ♥
“Gara-gara mahluk itu ana tidak pernah lulus jurusan tahfidz qur’an di kampus, kata ustad suara ana kurang bagus”. Lanjutnya.
Aku menggelengkan kepala namun jujur, hari itu aku senang memperkenalkan sesuatu yang selama ini dia ragu.
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri,..” [Q.S Al An’am: 59]
لاَ بَأْسَ بِالُّرقَى مَا لَمْ تَكُنْ شِرْكاً
“Tidak mengapa menggunakan RUQIYAH selama tidak
mengandung kesyirikan” Hadits Riwayat Abu Daud (4/10 no. 2200). Dan dishahihkan oleh Al Albani. (Lihat Shahih Sunan Abi Dawud, Shahih Al Jami’ no.1048, dan As Silsilah Ash Shahihah 3/55).
Selepas itu dikemudian harinya aku menanyakan tentang shalatnya, dia berkata “Alhamdulillah..”
Alhamdulillah…
Segala puji bagi Allah.
Ketika ada nyamuk di tangan kita, yang harus kita lakukan adalah bukan bersabar atau berdo’a meminta kepada Allah agar nyamuk itu pergi dengan keyakinan Allah maha melihat namun BERIKHTIAR dengan cara yang baik. Katakanlah memukul atau menepisnya agar ia pergi.
Ruqiyyah adalah metode penyembuhan yang di izinkan/diajarkan Rasulullah Sholallahu Alaiyhi wa Sallam dan Jibril Alaiyhi sallam pun mengajarkannya. Tentu ada teknis dan syarat yang harus dipenuhi sebelum ia berlangsung.
Kenapa orang hina dan berdosa serta bukan hafidz seperti sayapun bisa melakukannya?
KEYAKINAN, CINTA, DAN PEMBANGUNAN NIAT.
Membangun niat bahwa kita ingin menolong saudara kita atas nama cinta kita kepadanya hingga menjadi penyebab turunya kasih sayang dan pertolongan Allah kepada kita saat itu dalam bentuk Energi Cinta yang mengalahkan apapun. Lalu yakin dengan kemahagagahan Allah Aza wa Jalla dengan 99 Asma-Nya yang kita ketahui mampu mengalahkan apapun.
Jika dianalogikan bahwa dzikir, takbir, ayat-ayat pilihan dan doa yang saya lafalkan untuk meruqiyyah adalah sebuah senjata.. Maka, keberhasilan seorang penakluk di medan perang adalah bukan ketajaman atau ukuran pedang. Namun keahlian dalam memainkannya dan pengetahuan tentang kelemahan musuhnya.
Dan kelemahan syaitan itu sudah diketahui dalam hal ini. Karena Allah yang Maha Mengetahui telah meberi tahu kita:
“Sesungguhnya setan itu tidak ada keku-asa-annya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya”. (Qs An Nahl: 99)
Dalam ayat lain, Allah memberi tahu kita bahwa orang-orang yang memiliki iman yang ikhlas tidak akan terpengaruh oleh tipu daya syaitan:
“Ia (setan) berkata, ‘Ya Tuhanku, karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan hal-hal di muka bumi terlihat baik bagi mereka (manusia) dan aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka’.” (Q.s. al-Hijr: 39-40).
“…sesung-guhnya tipu daya setan itu lemah.” (Q.s. an-Nisa’: 76).
وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“Dan Allahlah sebaik baiknya pembalas tipu daya” (QS Al Anfaal 30)
Saat keyakinan kita menembus langit, dan merasakan kehadiran Asma-Nya dalam tiap titik cahaya pengetahuan itu akan berubah menjadi angka satu ketahuidan. Dan tak ada siapapun rintangan disamping-Nya. Maka pertolongan Allah itu dzahir! karena “pertolongannya adalah dekat”.
Lalu jin jenis apakah yang lebih besar dari kemahaan-Nya? Sedangkan kita mahluk mulia? Haruskah kita mengabdi dan mengalah kepada mereka dengan terus bergelimang dalam kemusyrikan dan pembodohan?
Disinilah kunci sebuah jawaban, mengapa ruqiyyah syar’iyah mampu menyambung kembali tali harapan yang terputus setelah dokter membuat pasien putus asa dengan vonisnya.
Baca kisah menakjubkan lainnya, saat seorang dokter di Makkah Al Mukaramah menjatuhkan Vonis 1bulan untuk nyawa Aisyah Nursyifa dan Energy Dahsyat Ruqiyyah menyembuhkannya dalam kisah Nyata 3 seri “The Miracle Of Tauhid” di www.nai-foundation.com
Wallahu Ta’ala ‘Alam.
Oleh:
NURUDDIN AL INDUNISSY
Penulis & Konsultan Rehab Hati.[/fusion_builder_column][/fusion_builder_row][/fusion_builder_container]