“Tanda diterimanya ‘amal seorang hamba di sisi Allah adalah ketika satu ketaatan menuntunnya pada ketaatan yang lebih baik lagi. Dan tanda ditolaknya ‘amal sang hamba adalah ketika ketaatannya di ikuti dengan kemaksiatan, tak tercegah dirinya dari kemaksiatan”. (Ibn Rajab Al Hanbaly)
ღبِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيღ
Saya mulai dengan salam dari Syurga,
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Semoga Kesejahtraan, Shalawat serta salam selalu tercurah kepada kekasih Alam ✿ܓMuhammad Rasulullah Shalallahu ‘Alahi wassalam beserta keluarga, sahabat, dan pengikut yang setia dengan Assunahnya hinga akhir Jaman.
Sahabat..
Dalam setiap dada manusia tersimpan sebuah kerinduan.
Kerinduan akan tempat kembali, kerinduan kepada kampung halaman diamana ia terlahir.
Sesekali saja nuansa itu terdengar, lalu menghilang dalam pengabaian.
Cahaya itu terus melemah seperti cahaya lilin ditebing yang curam, sementara dosa dan kemaksiatan terus menindihnya hingga hati itu gelap gulita.
Sementara kaki terus melangkah tanpa arah..
Padahal jiwa itu ingin kembali, kepada fitrahnya..
“Pada dasarnya manusia harus bersama Allah SWT dan selalu berhubungan dengan Nya, tidak menjauhi Nya. Manusia tidak dapat membebaskan diri dari Allah SWT untuk memikirkan kehidupan fisiknya saja, juga tidak dapat membebaskan dirinya dari Allah SWT karena memikirkan kebutuhan hidup ruhaninya saja”.
Bahkan kebutuhannya kepada Allah SWT di akhirat akan lebih besar dari kebutuhannya di dunia. Karena kehidupan dan kebutuhan fisik itu secara bersamaan juga dilakukan oleh binatang yang tidak dapat berpikir, sementara kebutuhnan ruhani adalah sisi yang menjadi ciri pembeda manusia dari hewan dan binatang..
Manusia ini terdiri dari dua unsur yaitu tanah dan ruh.
Ketika manusia ta’at kepada Rabbnya berarti tiupan ruh itu mengalahkan sisi tanahnya. Atau dengan kata lain, sisi ruhani mengalahkan sisi materi. Dan sisi Rabbani mengalahkan sisi tanah yang rendah. Maka manusia meningkat dan mendekat kepada Rabbnya.
Ketika manusia berbuat maksiat terhadap Rabbnya, maka posisi itu terbalik;
Sisi tanah mengalahkan sisi ruh, dan sisi materi yang rendah mengalahkan sisi Rabbani yang tinggi. Maka manusia merendah dan menjadi lebih hina, serta menjauh dari Allah SWT sesuai dengan seberapa jauh dosa dan kemaksiatan yang ia lakukan. (Dr Yusuf Al Qardawi)
Adalah sebuah kejujuran jika tubuh itu sebenarnya merindui sebuah tempat kembali.
Seperti kerinduan kepada kampung halaman dimana tubuh itu dilahirkan dan dibesarkan. Sebuah masa dimana keramahan mengiringi, tempat berlindung saat hujan turun dan berteduh dikala panas.
Disanalah kita dahulu tumbuh dan dilindungi dalam naungan sebuah Cinta,
Cinta itu terus menerus tercurah hingga kita dewasa, memahami kebenaran dan menentukan langkah sendiri. Tanpa kita sadari kadang langkah demi langkah itu semakin menjauh dan terlepas dari Cinta tersebut.
Hingga langkah semakin tak terarah, dan jiwa kemudian resah..
Al Ghazali dalam kitabnya mengatakan;
“Ketika hati merasakan kehilangan atas apa yang ia cintai, ia akan merasakan kepedihan, dan jika kehilangan itu diakibatkan oleh perbuatannya, niscaya ia akan menyesali perbuatannya itu. Jika perasaan pedih itu demikian kuat berpengaruh dalam hatinya dan menguasai hatinya, maka perasaan itu akan mendorong timbulnya perasaan lain, yaitu tekad dan kemauan untuk mengerjakan apa yang seharusnya pada saat ini, kemarin dan akan datang”.
Inilah sebuah makna dimana Rasulullah saw dalam sebuah riwayat bersabda; “Penyesalan itu taubat”
Tekad untuk meninggalkan dosa itu tumbuh karena kesadaran, bahwasannya dosa telah mengakibatkan kehilangan yang dia cintai, hingga ia tidak akan mengulangi perbuatan itu dalam sisa hidupnya.
Keimanan didalam dadanya akan membenarkan bahwa dosa adalah racun yang menghancurkan. Keyakinan didalam dadanya akan menegaskan pembenaran ini, tidak meragukannya serta memenuhi hatinya. Maka cahaya iman dalam hati ini ketika bersinar akan membuahkan api penyesalan, sehingga hati merasakan kepedihan.
Dosa itu, laksana dinding penghalang yang akan menghalangi hati dari apa yang ia cintai secara fitrah.
Seperti orang yang diterangi cahaya matahari, ketika ia berada dalam kegelapan, maka cahaya itu menghilangkan penghalang penglihatannya sehingga ia dapat melihat yang dia cintai. Dan ketika ia menyadari ia hampir binasa, maka cahaya cinta dalam hatinya bergejolak, dan api ini membangkitkan kekuatannya untuk menyelamatkan dirinya serta mengejar yang dia cintai itu.
Keinginan bergejolak itu bisa diterjemahkan dengan mata yang berkaca kaca dan air mata istighfar yang mengantarnya kepada taubat. Taubat yang sebenar benarnya taubat, taubatannasuha..
“Taubat Nasuha Artinya adalah, taubat yang sebenarnya dan sepenuh hati, akan menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertaubat, serta menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya.” (Al-Hafizh Ibnu Katsir)
Rasulullah Saw bersabda;
“Seluruh kalian adalah pembuat salah dan dosa, dan orang yang berdosa yang paling baik adalah mereka yang sering bertaubat”. (Hr Ahmad, dari Anas)
Taubat tidaklah mudah, tidak semudah memahami catatan Ini.
Sekadar bicara taubat dengan Lidah Bukan Taubat.
Taubat adalah perkara yang lebih besar dari itu, dan juga lebih dalam dan lebih sulit.
Ungkapan lisan itu dituntut setelah ia mewujudkannya dalam tindakannya.
Untuk kemudian ia mengakui dosanya dan meminta ampunan kepada Allah SWT. Sedangkan sekadar istighfar atau mengungkapkan taubat dengan lisan –tanpa janji dalam hati– itu adalah taubat para pendusta, seperti dikatakan oleh Dzun Nun al Mishri.
“Taubat itu diungkapkan oleh empat hal: beristighfar dengan lidah, melepaskannya dari tubuh, berjanji dalam hati untuk tidak mengerjakannya kembali, serta meninggalkan rekan-rekan yang buruk”. (Muhammad bin Ka’b al Qurazhi)
Hakikat taubat adalah perbuatan akal, hati dan tubuh sekaligus.
Dimulai dengan perbuatan akal, diikuti oleh perbuatan hati, dan menghasilkan perbuatan tubuh. Oleh karena itu, al Hasan berkata: “ia adalah penyesalan dengan hati, istighfar dengan lisan, meninggalkan perbuatan dosa dengan tubuh, dan berjanji untuk tidak akan mengerjakan perbuatan dosa itu lagi.
Abu Thalib Al Makki mengatakan; “Tidak ada yang lebih wajib bagi makhluk dari melakukan taubat, dan tidak ada hukuman yang lebih berat atas manusia selain ketidak tahuannya akan ilmu taubat, dan tidak menguasai ilmu taubat itu”
Sungguh, kata taubat ini bukan kata spele. Taubat laksana sebuah sinaran indah ketika kita terjebak dalam sebuah ruang gelap. Taubat adalah satu satunya jalan kembali menuju Rabb kita. Jalan kembali yang tersedia dimanapun kaki kita berpijak, ketika kita menyadari diri ini telah tersesat..
Bumi ini adalah bulat, ada awal dan akhir.
Jika kita tidak tahu lagi kemana arah kaki melangkah, dan ruangan yang kita diami terasa sesak dan gelap padahal diluar ada sinar matahari..disanalah sebuah pintu selalu terbuka.
Ketika senyum terasa hampa.
Ketika diri terasa berat dan kotor dengan dosa dosa.
Ketika mata tak bisa lagi terpejam diantara fajar fajar yang gelap gulita.
Ketika gelisah dan resah..
Dan tak sesiapapun peduli..
Ketika tak ada sosok yang menepuk bahu untuk menguatkan.
Ketika tak ada satu senyumpun mau meraihmu..
Disanalah satu senyum penuh maaf, maha pengasih penyayang selalu ada. Tak pernah tidur, maha mendengar dan selalu ada untuk meraih hamba hamba Nya.
Dialah Allah..
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. az-Zumar: 53)
JANGAN PUTUS ASA DENGAN RAHMAT ALLAH…
“Sesungguhnya Rahmat-Ku mendahului Murka-Ku” (hadits Qudsi)
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan dari Rasulullah s.a.w. bahwasannya Allah telah menciptakan RAHMAT itu sebanyak seratus bagian, satu bagian diturunkan kebumi dan sembilan puluh sembilan lagi ditahan. Dari SATU RAHMAT yang satu bagian itulah makhluk di bumi dapat saling sayang-menyayangi, sehingga seekor binatang buaspun pasti mengangkat kakinya dari anaknya karena takut kalau akan mengenai -menginjak- anaknya itu. Allah mengakhirkan yang sembilan puluh sembilan kerahmatan itu yang dengannya Allah akan merahmati hamba-hambaNya pada hari kiamat.
Hadits senada juga diriwayatkan Salman al-Farisi r.a., katanya:
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah itu memiliki seratus kerahmatan, maka diantara seratus itu ada satu bagian kerahmatan yang dengannya sekalian makhluk dapat saling kasih-mengasihi antara sesamanya, sedang yang sembilan puluh sembilan untuk hari kiamat nanti.”
Dalam riwayat lain disebutkan: “Sesungguhnya Allah itu di waktu menciptakan semua langit dan bumi, diciptakan pula olehNya seratus kerahmatan, setiap -satu- kerahmatan itu dapat merupakan tutup yang memenuhi alam diantara langit dan bumi. Kemudian dari seratus tadi yang satu kerahmatan dijadikan untuk diletakkan di bumi, maka dengan satu kerahmatan inilah seorang ibu dapat mengasihi anaknya, binatang buas dan burung, sebagian kepada setengah yang lainnya. Selanjutnya apabila telah tiba hari kiamat, Allah akan menyempurnakan dengan kerahmatan ini – yakni dilengkapkan menjadi seratus penuh.”
Bayangkanlah kasih sayang, keindahan, cinta, warna warna dan keseluruhan rizky dan kemurahan Allah di Dunia ini yang begitu luar biasa dan itu semua hanya 1 dari Rahmat NYA. Kemudian bayangkan lagi, Hal sedahsyat apakah yang akan menimpa kita di hari kiamat kelak hingga Allah mempersiapkan 99 Rahmat NYA sebagai syafaat kepada Hambanya ?
KEMBALILAH WAHAI JIWA JIWA..
Jika dalam kehidupan kita ini ada hal hal terpenting,
Maka taubat adalah hal paling penting, karena kita sangat tidak tahu kapan kita akan menghadap Nya?
Jika ada yang bertanya kapan waktu untuk taubat?
Maka jawabannya adalah saat ini juga, ketika hati kita lembut.
Mendekatlah..
Masih ada waktu..
Menunduklah, jangan menunggu hingga terbangun di alam mahsyar yang dahsyat dimana semua wajah menunduk dengan penuh penyesalan.
“Tanda diterimanya ‘amal seorang hamba di sisi Allah adalah ketika satu ketaatan menuntunnya pada ketaatan yang lebih baik lagi. Dan tanda ditolaknya ‘amal sang hamba adalah ketika ketaatannya diikuti dengan kemaksiatan; tak tercegah dia darinya”. (Ibn Rajab Al Hanbaly)
Katakanlah pada dirimu sendiri,
Atau bisikanlah, analisalah, dimanakah kita saat ini berada.
Benarkah kita sudah Ikhlas?
Benarkah kita sudah berada dijalanan dengan Ridha Nya.
Ataukah hanya kesombongan dan merasa benar, seolah olah catatan amal kita telah cukup padahal hanyalah catatan dosa dosa. Bukankah kegagalan yang sesungguhnya itu saat Script Amal yang kita ajukan setiap hari itu tertolak?
Disana tidak ada ujian susulan adik adiqu..
Saat inilah,
Di dunia ini belum terlambat untuk taubat,
Taubat itu untuk semua hamba yang merendah hatinya, yang mengakui aib aib yang telah begitu rapat Allah sembunyikan.
Seringkali pujian itu terdengar merdu ditelinga kita, padahal Allah lah yang telah menyembunyikan aib aib kita.
Semoga setidaknya, catatan ini menjadi usaha untuk melembutkan hatiku yang kotor.
Membasuhnya dan mengembalikan kepada fitrahnya sebagai Hamba Allah, bukan Hamba Hamba syaitan..
Karena kita adalah Hamba Allah,
Bukan Hamba Syaitan yang menghambakan hidupnya pada Annafs.
Sahabat Ramadhan telah tiba, disekitar kita..
Kebahagiaan di hati kita menyambut Ramadhan adalah Bukti adanya IMAN didaldam dada kita. Mari kita UPGRADE iman kita, dan segera lepaskan dosa dosa yang masih melekat..
Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa sempat bertemu Ramadhan dan tidak diampun dosanya, maka semakin jauh ia dengan Allah” (Riwayat Ibn Hibban)
Semoga menjadi lilin yang menuntun jiwa yang sedang tersesat menuju “taubatan nasuha”, taubat yang sebenar benarnya.
Ahukumfillah,
NURUDDIN AL INDUNISSY
RIYADH 2011