Logo

Prolog dari Senja

Prolog dari Senja

Teruntuk jiwa yang gaduh, riuh bergemuruh

Teruntuk raga yang dahaga ditelaga kekeringan
Teruntuk sekeping hati yang pergi, kemari dengarlah..
Mari kemari, meski engkau engkau telah menjauh 
jauh sejauh jauhnya..
mari kemari, 
kembalilah..

Merebahlah..
Istirahatkanlah hatimu, sejenak saja 
atau hingga engkau bosan.
Hentikan usahamu menyalahkan diri sendiri, 
sejenak hentikan usahamu melawan ketetapan Nya. 
Sebentar saja, dunia ini hanya sebentar 
tak usahlah engkau menangis untuknya. 
Karena, dia – dan semua – akan engkau campakan 
seusai upacara penguburan jasadmu.

Saat nuranimu pun terdiam, 
saat hatimu berhenti berbisik bisik. 
Saat jiwamu tertindih kesedihan, terluka dengan duka duka. 
Saat belantara dadamu itu terasa sesak dan rusuk rusuk menghimpit. 
Saat saat itulah kesanggupanmu untuk menjadi dewasa dididik, 
karena kita memang harus segera dewasa dan bersahabat dengan kehidupan ini. 
Kehidupan untuk satu kehidupan yang maha hidup.

Ada saatnya keramahan, ketegaran dan kebaikan yang nampak hanyalah ilusi. 
Dalam kejujuran hatilah tersimpan kemarahan dan kesedihan. 

Salam bahagiaku untukmu.
Wahai Mukminin Mukminat yang hatinya rendah 
dan hina dihadapan Nya.

Saat terbaring atau berdiri, 
saat semua bersamamu atau saat tak sesiapapun peduli. 

Saat jiwa itu mulai terdiam, 
dan istananya tiba tiba saja sepi, 
atau gaduh dengan kekhawatiran.

Namun engkau masih tegar dan berdiri, 
menyendiri di sudut sudut malam pelarian. 

Jika saja, pagi ini cahaya matahari tidak menemuimu ditempat yang biasa, 
maka pastikanlah bahwa ia tidak enggan menyapa. 
Ia senantiasa setia teguh dan patuh menerangi bumi, 
laksana nur-illahi yang hangat 
disetiap jiwa yang mengimani.

Ketahuilah matahari tak pernah enggan menyinari pagimu, 
Mungkin hari ini taqdir lain sedang mencegahnya; awan. 
Awanpun takdir Nya. 

Maka bersahabatlah dengan mereka, 
karena semua adalah rencana Nya. 
Mungkin awan baru saja melintasi petani disurau kecilnya 
memberi harapan hujan untuk ladangnya yang kering..

Jangan berprasangka pada Nya, hanya karena engkau merasa jauh. 
Ketahuilah, sesungguhnya Rabbmu tidak pernah menjauh darimu, sedetikpun. 
Tidak, ia tetap denganmu dengan kemaha sabaran Nya.

Jangan pula engkau merasa paling tawadhu, padahal disana engkau sedang takabbur. 
Merasa diri paling dekat. 

Bukankah Rabbmu juga memberi kelonggaran 
kepada orang orang kuffar 
dengan hadiah hadiah kehidupan 
dihari ini dan sebelumnya?

Tak usahlah peduli dengan mereka yang merendahkanmu. 
Sesungguhnya Rabbmu ingin memuliakanmu dengan ke-Maha Muliaan Nya. 
Maka segeralah, merendah kepada Nya. 
Bertafakurlah diantara malam Nya.
Semampumu saja..

Tak usahlah bertafakur ditengah malam, jika matamu memang kalah mengantuk. 
Tak usahlah duduk duduk dipojokan masjid, menangis dan mengadu, jika memang dirimu tak mampu. 
Duduklah ditepian terjalnya tebing kehidupan yang hampir saja menjerumuskanmu.
Ataukah saat ini engkau telah terjatuh dilembahnya?

Tak apa, jangan marah. 
Duduklah disana dan fikirkanlah..
Tanyakanlah kepada nuranimu..
Benarkah dirimu telah bersih dari kotoran dosa dosa?
Hingga begitu angkuhnya dan merasa pantas untuk marah dengan musibah ini? 
Benarkah diri itu telah siap untuk kembali terbangun di alam mahsyar tanpa hisab karena begitu bersihnya? 

Ingat kembali tentang berbagai keharaman keharaman yang pernah atau masih kita lakukan, tentang kewajiban kewajiban yang pernah kita lalaikan.

Bukankah setiap dosa itu pasti dibalasi?

Sungguh
Tuhanmu ingin 
mengurangi bebanmu 
di akhirat nanti saudaraku..

Lihatlah betapa kasih sayang Nya yang telah meringankan api neraka dengan cicilan musibah ini. Yakinkanlah musibah ini hanya cicilan dosa saja, hanya cicilan Azab. Sakitnya tidak akan melebihi kematian.

Yah, ini hanyalah cicilan wahai saudaraku. Semua keluh kesah yang membasahi hati itupun dicatatkan sebagai pengurang dosa.

Jangan bodoh, jangan ingin mati..
Mati bukanlah akhir dari penderitaan..
Kematian hanyalah awal dari penderitaan abadi jika engkau tidak siap

Marilah kawan..
Lihatlah dirimu , bukankah ini dunia? 
Apa yang engkau khawatirkan tentang Dunia ini?
Dunia ini hanya persinggahan, persinggahan bernama dunia..

Engkau masih berdiri dan bebas disini.
Dirimu masih di Dunia, lihatlah dan bersyukurlah 
Disini tidak ada tanah yang menghimpitmu..
Atau gelap yang membutakanmu..
Udara masih gratis..

Ini adalah dunia..
Dunia yang sering kita dustakan nikmatnya..

Kita masih di dunia kawan, bukan dikuburan.. 
Matahari masih disana ditempat yang biasa
meski awan menutupinya

Tersenyumlah meski sakit.
Merintihlah, mengadulah kepada Nya
Rintihanmu memanggil Nya adalah dzikir..

Dzikir adalah mengingat Nya 
Mengingat Rabb yang sering kita lupakan.. 
Padahal Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda, 
bahwa “Tidak ada hal yang disesali penghuni syurga 
kecuali satu jam di dunia 
yang mereka lewati 
tanpa mengingat 
Allah..” 

Ingatlah lagi pesannya, 
bahwa “Jika Allah mencintai hamba Nya 
maka ia akan ditimpakan musibah 
agar Dia mendengar rintihannya..”

Agar kita merintih mengingat Nya. 
Tidak ada kekhawatiran tentang dunia ini saudaraku. 
Kesabaran itu harus dilatih, dan pelatihan ini tiada akhir. 
Hamparan dunia ini adalah medannya, 
medan untuk menguji kesabaran 
agar kita menjadi benar benar teruji 
dan berkualitas tinggi. 

Selalu ada kegaduhan diawal cerita tak terduga yang menghampiri kita. 
Tapi diujung kesabaran itu sesungguhnya ada nikmat. 
Ditengahnya ada cahaya harapan, 
Lamanya rentan waktu penantian 
menanti nanti pertolongan Nya adalah ibadah. 
Sungguh para malaikat tak pernah lelah mencatatnya 
sebagai satu ibadah kita yang sempurna 
disisi Nya. 

Jika tidak dengan guncangan dan musibah musibah itu, 
lalu hal apakah lagi yang akan mengingatkan kita ?

Inilah hal hal yang seharusnya 
semakin mendekatkan diri kita kepada Nya. 

Lihatlah dua merpati yang sedang dibelai cinta. 
Bukankah mereka juga ingin selalu dekat dan berdekatan?

Begitulah para salihin menyikapi musibah saudaraku. 
Mereka menjadikan musibah demi musibah itu sebuah medan. 
Sebuah ajang untuk bermesraan dengan Nya dalam rintihan. 
Mereka terhanyut hanyut berduaan, 
beralaskan rintihan 
menuju lautan ridha Nya.

Sungai kehidupan ini tidaklah lurus saudaraku…
Ia berliku dan tak terduga.
Kadang berbatu, kadang terjun menurun
Kadang tenang, kadang rusuh bergemuruh..
Kadang gemericik, kadang mendebarkan..

Kesemuanya adalah ujian. 
Bagi jiwa yang mengetahui bahwa liku liku itu adalah iradah Nya, 
mereka tidak akan pernah mengeluh. 
Mereka yakin, bahwa semuanya akan berakhir di pantai nan indah. 
Pelabuhan terakhir yang telah dijanjikan Nya sebagai balasan bagi mereka yang bersabar.

Sering memang, hidup ini terasa begitu melelahkan. 
Penantian itu memang teramat berat, 
hingga Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam menghibur kita 
dengan mutiara katanya yang menggembirakan
bahwa ”Penantian seorang Muslim menanti nanti kelapangan 
itu telah dicatat sebagai ibadah..”. 

Satu ibadah yang sempurna disisi Nya saudaraku.. 

Intiplah rahasianya..
Pasti ada hikmahnya..

Lalu nantikanlah…
Diantara gelapnya suasana, disana ada cahaya.
membimbing senyum diwajahmu,.. 

Segera setelah musibah itu mereda. 
disana bahumu semakin kokoh dan tegap berdiri.. 
Kakimu tegak dan siap melangkah, 
wajahmu menunduk dan hatimu tetap basah, 
bertasbih bersama semesta.

Disanalah rekahan kebahagiaan memancar dari hatimu.
Laksana pelangi dipenghujung senja.

Bukankah alam melukis pelangi dari riuh riuh 
gemuruh hujan dan cekaman halilintar?

Pelangi kebahagiaan adalah hadiah bagi mereka yang lulus.
Mereka yang sering berdiam menanti akhir yang indah.. 
Terus bersabar meski sukar…

Tak usahlah mengeluh atas duka duka dan kepedihan..
Engkau tidak sendiri kawan, semua jua sedang menanti sang pelangi.

Jika saja kekasihmu tidak bersamamu lagi, 
diujung sana masih ada kawan yang menantimu kembali. 
Kembalilah kawan, anggaplah pena ini sahabatmu. 
Sahabat yang baru saja menepuk bahumu, 
sahabat yang merindumu kembali..

Anggaplah pena ini sahabat yang menghampirimu dalam gelap
Seorang yang membawakanmu lilin dan menyalakannya untukmu, 
Sosok yang mencoba meraih bahumu, membisikanmu, 
menjunjukanmu, bahwa disana masih ada jalan!

Anggaplah pena ini sahabatmu, 
Seseorang yang meraihmu dengan tulus saat bibirmu nanti mulai berkata kata; 
“yah, hidup ini memang tidak mudah”..

Sahabat yang tidak menertawakanmu saat engkau salah, 
yang membenarkanmu saat semua seperti menyalahkanmu.
Sahabat yang senang duduk bersamamu 
saat dunia dan semua seakan menyalahkanmu..
Sahabat yang menitikan air mata 
saat engkau hampir menangis..

Anggaplah pena ini sahabatmu,
Sahabat yang tidak pernah menyalahkanmu
Sahabat yang ingin memahamimu ketika dirimu marah
Sahabat yang tidak mampu tersenyum saat dirimu murung,
Sahabat yang tak sanggup tertawa saat engkau terluka..
Sahabat yang ikut terluka saat kakimu melemah dan terjatuh.
Sahabat yang ingin mengingatkanmu lagi tentang masa masa dulu, 
ketika bahumu tangguh menatap harapan, 
menuntunmu lagi, melembutkan hatimu, 
mengingatkanmu saat saat seperti dulu, 
ketika engkau terduduk di pojokan masjid 
menangis memohon ampunan atas dosa dan kesalahan..

Sahabat yang ingin menegur dan mengingatkanmu, berdoa dibelakangmu, membersihkan namamu dan duri yang menusukmu.

Mari sahabatku, engkau mungkin tak pernah mengenal jari siapa yang lancing menasihatimu ini. Namun bersaudara itu adalah pesan mulia dari panutan kita, Rasulullah Sholallahu Alaihi wa sallam. Mari berjalan berdampingan. Mencari oase ditengah gersangnya kehidupan
Menuju keabadian..

Sahabat jauh yang mungkin tidak pernah engkau kenal
Sahabat yang bahakan tidak pernah bertemu dalam tatapan
Sahabat yang menatapmu dari kejauhan..

Bukan, aku bukan sahabat sejatimu
Karena sosok itu mungkin tak pernah ada
Di semesta fana ini

Benar kata Syaikh ‘Athaillah
“Sahabat sejati itu tidak ada
kecuali dia yang paling tahu aibmu, 
dan tidak ada sahabat seperti itu 
kecuali Tuhanmu Yang Maha Pemurah”.

Jazakumullah Khairan ya Ikhwatallill Iman!
Ahlan wasyahlan, selamat datang di altar rehab hati
Anggaplah buku ini sahabatmu, sahabat yang membenarkanmu, saat semuaa seperti menyalahkanmu

Semoga persahabatan ini diberkahi Nya. 

Lupakanlah siapa penulisnya, 
namun dengarkanlah gemericik bisikannya
Analogi dan diksi sederhana ini, sengaja kualirkan melalui jari, dari danau ketenangan di hatiku untuk kebahagiaanmu. 

Semoga Allah Tabaroka wa Ta’ala 
Mencintai, Menyayangi dan Merahmatimu.

[fusion_builder_container hundred_percent=”yes” overflow=”visible”][fusion_builder_row][fusion_builder_column type=”1_1″ background_position=”left top” background_color=”” border_size=”” border_color=”” border_style=”solid” spacing=”yes” background_image=”” background_repeat=”no-repeat” padding=”” margin_top=”0px” margin_bottom=”0px” class=”” id=”” animation_type=”” animation_speed=”0.3″ animation_direction=”left” hide_on_mobile=”no” center_content=”no” min_height=”none”][Prolog Buku REHAB HATI, Chapter 3]

Salam Bahagia,
NAI-RIYADH 2012

[/fusion_builder_column][/fusion_builder_row][/fusion_builder_container]