B. DALIL RUQYAH SYARIYYAH
Dalam bahasa Arab, Ruqyah berarti mantra, Ruqyah Syar’iyyah adalah mantra yang disyariatkan (mantra dari al Qur’an, doa Rasulullah atau doa kita sendiri) yang sesuai dengan tatacara yang telah Rasulullah ﷺ ajarkan. Jadi tidak heran jika ada hadits yang mengatakan bahwa meminta ruqyah itu tidak boleh, atau bahkan syirik karena ruqyah dimaksud adalah Ruqyah Syirkiyyah atau ruqyah yang mengandung kesyirikan didalamnya. Adalah hal yang mustahil perkataan Rasulullah ﷺ bertabrakan dengan perkataanya yang lain apalagi dengan al Qur’an yang sudah jelas kebenarannya.
Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
“….Katakanlah, bagi segenap orang-orang yang beriman Al-Qur’an menjadi petunjuk dan juga obat.”(QS.Fushshilat:44).
Ayat ini hanya ditunjukan kepada orang-orang yang beriman. Allah memberitakan langsung dengan firman-Nya bahwa Al Qur’an yang selama ini kita baca adalah obat, hanya saja selama ini kita belum meniatkannya untuk pengobatan. Dalam ayat yang lain, Allah menyampaikan kabar gembira lain melengkapi informasi sebelumnya bahwa seluruh Al Qur’an ini obat.
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Kami turunkan dari Al-Qur’an ini, yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang mukmin.”(Al Israa’:82)
Keseluruhan Al Qur’an ini adalah obat, tidak parsial, semuanya adalah obat. Selanjutnya Allah memberitakan dengan jelas bahwasannya target pengobatan al Qur’an ini adalah qalbu manusia.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus 57)
Rasulullah ﷺ kemudian menambahkan keterangan yang terang benderang, bahwasanya apa yang ada didalam dada kita itu ada Qalbu (jantung) sebagai pengatur utama kumpulan energy biolistrik dalam tubuh yang mempengaruhi kesehatan ruhani dan jasmani manusia.
“Ketahuilah bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan menjadi baik semuanya, dan apabila segumpal daging itu jelek, maka akan jeleklah semuanya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah qalbu.”[fusion_builder_container hundred_percent=”yes” overflow=”visible”][fusion_builder_row][fusion_builder_column type=”1_1″ background_position=”left top” background_color=”” border_size=”” border_color=”” border_style=”solid” spacing=”yes” background_image=”” background_repeat=”no-repeat” padding=”” margin_top=”0px” margin_bottom=”0px” class=”” id=”” animation_type=”” animation_speed=”0.3″ animation_direction=”left” hide_on_mobile=”no” center_content=”no” min_height=”none”][1].
Tidak diragukan lagi, bahwa Al Qur’an ini bisa menyembuhkan apapun jenis penyakitnya, tidak peduli medis atau non medis, tidak peduli jin, sihir, ain juga penyakit yang murni sebagai “penyakit fisik” sekalipun.
Rasulullah ﷺ telah menanamkan harapan yang pasti bagi semua hamba Allah yang beriman, kabar yang sahih dari yang kekasih. Adalah Abu Hurairah radliallahu ‘anhu yang mengabarkan dari Nabi ﷺ, bahwasanyya beliau bersabda:
مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
“Allah tidak akan menurunkan penyakit melainkan menurunkan obatnya juga.”[2]
Juga dari Jabir dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda:
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obatnya tepat, maka sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah ‘azza wajalla.” [3]
Kesembuhan dengan Al Qur’an ini garansi, jika caranya tepat dan Allah berkehendak. Yang harus kita lakukan adalah memutar haluan untuk kembali menuju Allah dan menyesuaikan diri dengan kehendak-Nya. Kuatkan tekad, gigit dengan gigi gerham untuk menjadikan musuh Allah itu musuh! Perangi mereka! Siksa dan binasakan mereka, usir sejauh-jauhnya dari qalbu kita! demi Allah sebenarnya mereka gentar, mereka takut terkecuali jika semangat anda melemah, jauh dari yang maha kuat dan ia menjadi kuat.
Jangan jadikan sikutu busuk itu sahabat yang menjadikan tubuh anda sebagai rumah. Racun mereka dengan Air ruqyah, persempit setiap ruang udara tempat mereka beterbangan itu dengan dzikir..buat mereka putus asa dengan ikhlas. Arahkan semua ritual ibadah anda untuk menggempur mereka, niatkan setiap bacaan quran anda untuk mengepung dan menghancurkan rumah-rumah mereka di setiap sel tubuh kita. Lakukanlah dirumah, ditempat sujud anda! Ditempat sihir itu menghinakan anda dan hinakan mereka dengan kesungguhan dan keistiqamahan. Jadikan setiap duri-durinya sebagai jalanan jihad menuju cahaya yang terang. Minta pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat.Dan nantikanlah pertolongan-Nya datang.
Ingat! Rintangan terbesar adalah kemalasan dan keraguan untuk membuktikannya, kemalasan dan rasa was-was itu dihembuskan si laknatullah alaiyh. Ingat, syaitan-syaitan itu banyak berhasil membisiki para hamba Allah yang sedang disakitinya untuk tidak melakukan perlawanan apalagi melakukan tehnik Ruqyah Mandiri yang sebentar lagi akan anda kuasai ini. Oleh karena itu, kuatkan tekad, kukuhkan keyakinan dan buktikanlah. Jangan biarkan diri dan keluarga anda terus menerus dibelenggu sihir, jangan biarkan anak istri anda diperkosa akidahnya oleh mahluk-mahluk terlaknat itu.
Semoga Allah memudahkan dan memberi kesembuhan dalam rangka memperbaiki kualitas ibadah kita tanpa belenggu sihir dari syaitan dan tukang sihir yang hina dan lemah.
Hadits-Hadits Ruqyah Syar’iyyah
Salah satu belenggu yang sulit ditembus adalah krisis keyakinan, keragu-raguan atau ketidakyakinan akan sebuah metode merupakan salah satu penyebab gagalnya penyembuhan dengan al qur’an ini. Al Qur’an Al Kareem itu lebih agung daripada sekedar kata penyembuhan, apalagi penyembuhan alternatif yang saat ini di tuduhkan kepadanya dengan embel-embel ruqyah syar’iyyah atau cukup ramah dihati muslimin-muslimah dengan kata ruqyah.
Al Qur’an al Kareem, tidak hanya mengobati atau menyembuhkan penyakit medis atau nonmedis, fisik atau psikis bahkan kedudukannya lebih tinggi dari do’a. Al Qur’an adalah mukzizat yang tidak berfungsi sebagai penyembuh namun juga mengubah kehidupan seseorang, tidak hanya sekedar mengikis pengaruh dan memusnahkan syaitan yang kecil dan hina dihadapan Allah dan manusia itu sendiri. Hal ini berdasasrkan banyaknya hadits yang mengisahkan tentang metode penyembuhan ini.
Perintah dan Kebolehan Meruqyah
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهَا أَنْ تَسْتَرْقِيَ مِنْ الْعَيْنِ
Dari Aisyah, bahwa Nabi ﷺ memerintahkan kepadanya untuk meruqyah dari penyakit ‘ain.” [4]
عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدٍ أَنَّ خَالِدَةَ بِنْتَ أَنَسٍ أُمَّ بَنِي حَزْمٍ السَّاعِدِيَّةَ جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَرَضَتْ عَلَيْهِ الرُّقَى فَأَمَرَهَا بِهَا
Dari Abu Bakar bin Muhammad bahwa Khalidah binti Anas Ummu bani Hazm As Sa’idi datang menemui Nabi ﷺ, dia meminta pertimbangan kepada beliau untuk diruqyah, maka beliau memerintahkan terapi dengan ruqyah.”[5]
عَنْ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ قَالَ عَرَضْتُ النَّهْشَةَ مِنْ الْحَيَّةِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَ بِهَا
Dari ‘Amru bin Hazm dia berkata, “Aku memperlihatkan gigitan ular kepada Rasulullah ﷺ, maka beliau memerintahkan meruqyah.” [6]
Dari Fadlalah bin ‘Ubaid berkata: Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasalam mengajariku ruqyah dan beliau memerintahkanku untuk memakainya meruqyah kepada siapa saja yang aku kehendaki. Ia berkata, ucapkanlah:
رَبَّنَا اللَّهُ الَّذِي فِي السَّمَوَاتِ تَقَدَّسَ اسْمُكَ أَمْرُكَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ اللَّهُمَّ كَمَا أَمْرُكَ فِي السَّمَاءِ فَاجْعَلْ رَحْمَتَكَ عَلَيْنَا فِي الْأَرْضِ رَبَّ الطَّيِّبِينَ اغْفِرْ لَنَا حَوْبَنَا وَذُنُوبَنَا وَخَطَايَانَا وَنَزِّلْ رَحْمَةً مِنْ رَحْمَتِكَ وَشِفَاءً مِنْ شِفَائِكَ عَلَى مَا بِفُلَانٍ مِنْ شَكْوَى
Rabbunaallaah alladzii fis samaawaati taqaddasa ismuka, amruka fis samaa`i wal ardli, allaahumma kamaa amruka fis samaa`i faj’al rahmataka ‘alainaa fil ardli, rabbith thayyibiin ighfir lanaa haubanaa wa dzunuubanaa wa khathaayaanaa na nazzil rahmatan min rahatika wa syifaa`an min syifaa`ika ‘ala maa bi fulaan min syakwaa. Ia akan sembuh dan ucapkanlah sebanyak tiga kali, setelah itu berlindunglah diri dengan (membaca) al-mu’awwidzatain (an-naas dan al-falaq) sebanyak tiga kali.[Musnad Ahmad 22832]
Dari ‘Auf bin Malik Al Asyja’i dia berkata; “Kami biasa melakukan mantera pada masa jahiliyah. Lalu kami bertanya kepada Rasulullah ﷺ; ‘Ya Rasulullah! bagaimana pendapat Anda tentang mantera? ‘ Jawab beliau:
اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ
‘Peragakanlah manteramu itu di hadapanku. Mantera itu tidak ada salahnya selama tidak mengandung syirik.’ [7]
Dari ‘Auf bin Malik ia berkata, “Pada masa jahiliyah aku pernah melakukan penjampian, lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda mengenai hal tersebut?” Beliau menjawab:
اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ تَكُنْ شِرْكًا
“Perlihatkan jampi kalian kepadaku! Tidak mengapa dengan jampi selama bukan perbuatan syirik.” [8]
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ فِي الرُّقْيَةِ مِنْ الْحُمَةِ وَالْعَيْنِ وَالنَّمْلَةِ
Dari Anas ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah ﷺ membolehkan ruqyah karena terkena racun, ‘Ain (sejenis gangguan hasad dari jin dan manusia) dan luka.” [9]
عَنْ أَنَسٍ قَالَ رَخَّصَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الرُّقْيَةِ مِنْ الْعَيْنِ وَالْحُمَةِ وَالنَّمْلَةِ
Dari Anas ia berkata; “Rasulullah ﷺ memberikan keringanan untuk membolehkan ruqyah untuk menyembuhkan penyakit yang ditimbulkan oleh ‘Ain (sorotan mata), demam dan cacar.” [10]
Dari Syifa’ binti Abdullah dia berkata, “Nabi ﷺ menemui kami saat aku berada di samping Hafshah, beliau bersabda kepadaku:
لِي أَلَا تُعَلِّمِينَ هَذِهِ رُقْيَةَ النَّمْلَةِ كَمَا عَلَّمْتِيهَا الْكِتَابَةَ
“Tidakkah kamu mengajarkan ruqyah untuk luka ini sebagaimana kamu mengajarinya menulis.” [11]
Ruqyah Tidak Menolak Takdir
Sufyan bin ‘Uyainah berkata dalam riwayatnya, saya telah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, bagaimana menurut anda tentang obat yang kami gunakan untuk mengobati penyakit, ruqyah yang kami praktekkan, dan penjagaan yang kami buat, apakah bisa menolak dari takdir Allah? Kemudian Rasulullah ﷺbersabda:
إِنَّهَا مِنْ قَدَرِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
“Itu semua termasuk takdir Allah Tabaaroka wa Ta’ala.” [12]
Rasulullah Meruqyah Sahabat
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Nabi ﷺ datang menjengukku, beliau lalu bersabda kepadaku: “Apakah kamu mau aku ruqyah dengan ruqyah yang telah di ajarkan Jibril kepadaku?” aku lalu menjawab, “Demi ayah dan Ibuku, tentu ya Rasulullah.” Beliau lantas membaca:
مِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَبِسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ وَاللَّهُ يَشْفِيكَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ فِيكَ
‘Bismillahi urqiika wallahu yasyfiika min kulli da`in yu`dziika wa min syarrinnaffatsati fil ‘uqadi wa min syarri haasidin idza hasad (Dengan nama Allah aku meruqyahmu, dan Allah-lah yang menyembuhkanmu dari setiap penyakit yang menimpamu, dari setiap kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki).’
Beliau mengucapkannya hingga tiga kali.” [13]
Dan Abdurrahman menyebutkan dengan lafadz,مِنْ كُلِّ دَاءٍ فِيكَ “Min Kulli Da`in Fiika” (dari setiap penyakit yang ada padamu). [14]
Juga riwayat dari Ustman Bin Abi Ash ra[15], yang pernah lupa rakaat shalat ketika beliau diangkat menjadi wali kota thaif. Beliau menghadap Rasulullah ﷺ, dan duduk bersimpuh dihadapannya dan menceritakan keluhannya.Rasulullah bersabda; “Itu adalah syaitan, dekatkanlah ia padaku”, maka beliau mendekatkan dirinya pada Rasulullah ﷺ dan memukul dada beliau dengan tangannya lalu meniup pada mulutnya sebanyak tiga kali sambil berkata “Keluarlah wahai engkau musuh Allah”, setelah itu Rasulullah ﷺ menyuruhnya untuk aktifitas seperti biasa, dan beliau tidak pernah lupa rakaat shalat lagi.
Rasulullah Meruqyah Cucunya
Dari Ibnu Abbas ia berkata; Dahulu Rasulullah ﷺ sering mendo’akan Hasan dan husain dengan mengucapkan:
أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
“U’iidzukumaa bikalimaatillaahitaammah min kulli syaithaanin wa hammah, wa min kulli ‘ainin laammah (Aku melindungi kalian dengan kalimat Allah -Al quran atau asma’ dan sifat-Nya- yang sempurna dari setiap syetan dan binatang berbisa serta ‘Ain yang dengki).”
Beliau juga bersabda: “Demikianlah dahulu Ibrahim melindungi Ishaq dan Isma’il ‘Alaihimus salaam.” [Kutipan Sunan Tirmidzi 1986]
Rasulullah Meruqyah Anak-Anak
Riwayat pertama, dari Yalla bin Murah ra, saat melakukan safar bersama Rasulullah ﷺ beliau melihat seorang ibu yang sedang duduk bersama anak bayinya. Perempuan itu memohon kepada rasul untuk mengobati penyakit anaknya yang sering kumat, dan Rasul bersabda; “Berikanlah anak itu kepadaku”, kemudian perempuan itu meletakan anak itu dan Rasulullah ﷺ membuka mulut anak itu dan membuka mulut anak itu, lalu meniup kedalamnya sebanyak tiga kali dan mengucapkan “Bismillah, aku adalah hamba Allah, enyahlah engkau wahai musuh Allah!”
Kemudian Rasulullah ﷺ menyerahkan kembali bayi itu kepada ibunya sambil berkata; “Temuilah kami disini ketika kami kembali nanti dan beritahukan apa yang terjadi dengan anak ini”. Sekembalinya dari perjalanan, si ibu tadi berada disana dengan tiga ekor kambing dan memberitahukan bahwa tidak ada gangguan lagi dan Rasul ﷺ mengambil 1 ekor kambing tersebut. [16]
Riwayat ke dua, dari Imam Ahmad, dari Yalla Bin Murah dari ayahnya, tentang seorang perempuan yang datang kehadapan Rasulullah ﷺ membawa bayinya yang kesurupan, dan nabi Muhammad bersabda; “Keluarlah wahai musuh Allah! Aku adalah utusan Allah!” maka bayi itu sembuh seketika. Dan ibu tadi memberikan 2 ekor domba, keju dan minyak samin dan Rasulullah hanya mengambil keju dan minyak samin serta 1 domba.
Riwayat ke ketiga, dari Jabir bin Abdullah[17], ia mengisahkan peristiwa pada Perang Dzatur Riqa’ tentang seroang perempuan yang membawa anaknya yang kesurupan kehadapan Rasulullah ﷺ. Dan Rasul menyuruh sang ibu untuk membuka mulutnya lalu diludahi oleh Rasulullah ﷺ sambil bersabda; “Enyahlah engkau wahai musuh Allah! Aku adalah utusan Allah!” sebanyak tiga kali. Setelah itu Rasulullah ﷺ bersabda, “Anakmu sudah baik, tidak ada lagi yang akan mengganggunya”.
Al Qur’an Juga Obat Bagi Jasad
يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ قَالَ رَأَيْتُ أَثَرَ ضَرْبَةٍ فِي سَاقِ سَلَمَةَ فَقُلْتُ مَا هَذِهِ قَالَ أَصَابَتْنِي يَوْمَ خَيْبَرَ فَقَالَ النَّاسُ أُصِيبَ سَلَمَةُ فَأُتِيَ بِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَفَثَ فِيَّ ثَلَاثَ نَفَثَاتٍ فَمَا اشْتَكَيْتُهَا حَتَّى السَّاعَةِ
Yazid bin ‘Ubaid berkata, “Aku melihat pengaruh pukulan pada betis Salamah, lalu aku katakan, ‘Apakah ini? ‘ Ia menjawab, ‘Aku mendapatkan luka ini saat perang Khaibar. ‘ Kemudian orang-orang berkata, ‘Salamah telah terkena musibah’. Kemudian aku dibawa ke hadapkan Rasulullah ﷺ. Lalu beliau meludah padaku sebanyak tiga kali, kemudian aku tidak mengeluhkannya hingga saat ini.” [18]
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ فِي الرُّقْيَةِ مِنْ الْحُمَةِ وَالْعَيْنِ وَالنَّمْلَةِ
Dari Anas, bahwa Nabi ﷺ memberi keringanan dalam ruqyah (jampi-jampi) dari penyakit humah (racun yang di akibatkan olehsengatan kalajengking) dan penyakit ‘ain serta penyakit luka yang keluar dari rusuk.”[19]
Upah Ruqyah
Dari Ibn Abbas ra, Rasulullah saw bersabda; “Sesungguhnya yang paling pantas kalian ambil upahnya adalah Kitabullah” (Sahih Al Bukhari 5737)
Dari Kharijah bin Ash Shalt At Tamimi dari Pamannya bahwa ia datang kepada Rasulullah ﷺ lalu masuk Islam, kemudian kembali dari sisinya dan melewati sebuah kaum yang pada mereka terdapat orang gila yang diikat dengan sebuah besi. Keluarganya lalu berkata, “Telah sampai kabar kepada kami bahwa sahabat kalian ini datang dengan membawa kebaikan, apakah kalian memiliki sesuatu yang dapat engkau gunakan untuk mengobati? ‘ Lalu aku menjampinya menggunakan Surat Al Fatihah sehingga orang itu pun sembuh. Kemudian mereka memberiku seratus ekor kambing. Setelah itu aku datang kepada Rasulullah ﷺ dan mengabarkan hal tersebut, beliau lantas bertanya: “Apakah engkau hanya mengucapkan ini?” Beliau lalu bersabda:
خُذْهَا فَلَعَمْرِي لَمَنْ أَكَلَ بِرُقْيَةِ بَاطِلٍ لَقَدْ أَكَلْتَ بِرُقْيَةِ حَقٍّ
“Demi Dzat yang memanjangkan umurku, ambillah! Sungguh, orang makan dengan jampi batil sedangkan engkau makan dengan jampi yang benar.” [20]
Al Qur’an untuk Perlindungan
Dari Aisyah binti Sa’d dari Ayahnya, bahwa ia berkata; “Aku pernah menderita rasa sakit yang amat berat ketika di Makkah, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang menjenguk dan beliau mengusap wajah dan perutku sambil berdo’a:
اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا وَأَتْمِمْ لَهُ هِجْرَتَهُ
“Ya Allah, sembuhkanlah penyakit Sa’d dan sempurnakanlah hijrahnya.”Maka aku masih merasakan rasa sejuk di hatiku hingga saat ini.” [21]
Dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah ﷺ apabila sakit maka beliau membacakan surat-surat mu’awwidzat (minta perlindungan) dan meniupkannya. Ketika sakit beliau semakin keras, maka aku yang membacakan kepada beliau dan aku usapkan kepadanya dengan tangan beliau, dengan harapan mendapatkan berkahnya.” [22]
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Seorang laki-laki yang terkena sengatan kalajengking datang menemui Nabi ﷺ.” Abu Hurairah berkata, “Kemudian beliau bersabda:
لَوْ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يُلْدَغْ أَوْ لَمْ يَضُرَّهُ
“Seandainya ia mengucapkan a’uudzu bikalimaatillaahit taammaati min syarri maa khalaq (Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari keburukan makhluk yang Allah ciptakan) ‘, maka ia tidak akan tersengat, atau kalajengking tersebut tidak akan membahayakannya.” [23]
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Seorang laki-laki di sengat kalajengking hingga ia tidak dapat tidur pada malam harinya, lantas dikatakan kepada Nabi ﷺ, “Fulan telah di sengat kalajengking hingga ia tidak dapat tidur di malam harinya! ” Maka Nabi ﷺ bersabda: “Sekiranya menjelang sore harinya ia mengucapkan: ‘A’uudzu bika bikalimaatilahittaammti min syarri maa khalaqa (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya) ‘, niscaya sengatan kalajengking tersebut tidak akan membahayakannya sampai pagi.” [24]
Ruqyah 3Qul
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ نَفَثَ فِي كَفَّيْهِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ وَمَا بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ قَالَتْ عَائِشَةُ فَلَمَّا اشْتَكَى كَانَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ بِهِ
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha dia berkata; “Apabila Rasulullah ﷺ hendak tidur, maka beliau akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD (QS Al Ikhlas 1-4) dan Mu’awidzatain (An Nas dan Al Falaq), kemudian beliau mengusapkan ke wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata; Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu.” [25]
Sunnah Pembenaran Nabi
قَالَتْ أَسْمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ بَنِي جَعْفَرٍ تُصِيبُهُمْ الْعَيْنُ فَأَسْتَرْقِي لَهُمْ قَالَ نَعَمْ فَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ
Asma berkata, “Wahai Rasulullah, anak-anak Ja’far tertimpa penyakit ‘ain, maka ruqyahlah mereka! ” Beliau menjawab: “Ya. Jika ada sesuatu yang mendahului takdir, maka ‘ain lah yang mendahuluinya.” [26]
Ruqyah Ain
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ لَسَبَقَتْهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا
Dari Ibnu Abbas ia berkata; Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wasallam bersabda: “Jikalau ada sesuatu yang dapat mendahului taqdir maka itu adalah penyakit ‘Ain (namun tidak ada yang dapat mendahuluinya) dan jika kalian diminta (oleh orang yang terkena ‘ain) untuk mandi, maka mandilah.” [27]
أَنَّ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ بَيْتَ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي الْبَيْتِ صَبِيٌّ يَبْكِي فَذَكَرُوا لَهُ أَنَّ بِهِ الْعَيْنَ قَالَ عُرْوَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا تَسْتَرْقُونَ لَهُ مِنْ الْعَيْنِ
Urwah bin Zubair menceritakan, bahwa Rasulullah ﷺ memasuki rumah Ummu Salamah, isteri Nabi ﷺ, sementara di dalam ada seorang bayi sedang menangis. Mereka lalu menceritakan bahwa anak itu terkena penyakit ‘Ain.” ‘Urwah berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda: “Apakah kalian tidak meruqyahnya untuk menanggkal ‘Ain?”. [28]
Jabir bin Abdullah radliallahu ‘anhu berkata; “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjengukku ketika saya sakit, lalu beliau berwudlu’ dan memercikkan air wudlu’nya kepadaku, atau bersabda:
صُبُّوا عَلَيْهِ
“Percikkanlah (air) padanya.”
Lantas saya pun tersadar…” [Dikutif dari shahih Bukhari 5244].
Ruqyah Jibril
Dari Abu Sa’id bahwa Jibril mendatangi Nabi ﷺ kemudian berkata; “Hai Muhammad, apakah kamu sakit? Rasulullah ﷺ menjawab: ‘Ya. Aku sakit. Lalu Jibril meruqyah beliau dengan mengucapkan;
بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ
‘Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu dan dari kejahatan segala makhluk atau kejahatan mata yang dengki. Allah lah yang menyembuhkanmu. Dengan nama Allah aku meruqyahmu.’ [29]
KONTROVERSI HADITS RUQYAH
Dari Jabir, dia berkata, “Kaum Anshar ada satu keluarga yang dipanggil dengan keluarga ‘Amru bin Hazm, mereka sering meruqyah (jampi-jampi) dari penyakit humah (racun yang di akibatkan oleh sengatan kalajengking), padahal Rasulullah ﷺ telah melarang jampi-jampi, maka mereka mendatangi Nabi ﷺ dan berkata; “Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda telah melarang untuk meruqyah, dan kami sering melakukan ruqyah dari penyakit humah.” Maka beliau bersabda: اعْرِضُوا “Tunjukkanlah (ruqyahmu) kepadaku.” Mereka pun membacakannya kepada beliau, dan beliau bersabda lagi:
لَا بَأْسَ بِهَذِهِ هَذِهِ مَوَاثِيقُ
“Tidak apa dengan ini, karena bacaan ini termasuk dari sesuatu yang dapat menguatkan.” [30].
Dari Jabir berkata; pamanku melakukan pengobatan dengan ruqyah (pengobatan dengan cara membaca bacaan-bacaan ayat suci dan doa yang disyariatkan) dari sengatan kalajengking. Tatkala Rasulullah ﷺ melarangnya, dia mendatanginya dan berkata; Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda telah melarang dari ruqyah, bagaimana jika saya melakukan ruqyah dari sengatan kalajengking?. Lalu beliau bersabda:
مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ
“Barangsiapa yang bisa memberi manfaat terhadap saudaranya, silahkan kerjakanlah”. [Musnad Ahmad 13714]
Jabir ‘Amr bin Hazm dipanggil seorang wanita dari Madinah yang terkena sengatan ular agar dia meruqyahnya. Namun dia menolaknya. Hal itu disampaikan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam, lalu beliau memanggilnya. ‘Amr berkata; Wahai Rasulullah, dahulu anda pernah melarang ruqyah (pengobatan dengan menggunakan bacaan yang disyareatkan). Beliau bersabda: “Bacakan hal itu kepadaku”, lalu dia membacanya, Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda:
لَا بَأْسَ إِنَّمَا هِيَ مَوَاثِيقُ فَارْقِ بِهَا
“Tidak mengapa, sebab ruqyah pada hakikatnya adalah penawar (pelindung).” [Musnad Ahmad 14699]
Menghilangkan Tawakal
Dari Mujahid dari ‘Aqqar bin Al Mughirah bin Syu’bah dari bapaknya ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ اكْتَوَى أَوْ اسْتَرْقَى فَقَدْ بَرِئَ مِنْ التَّوَكُّلِ
“Barangsiapa yang berobat dengan Kay atau meminta untuk diruqyah, maka sungguhnya ia telah berlepas diri dari sifat tawakkal.” [Sunan Tirmidzi 1980]. Hasan Sahih Juga dalam Sunan Ibnu Majah 3480
Tidak boleh Meruqyah
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abbas, Rasulullah ﷺ bersabda: “Beberapa ummat pernah ditampakkan kepadaku, maka nampaklah seorang nabi dan dua orang nabi lain lewat bersama dengan beberapa orang saja, dan seorang nabi lagi yang tidak bersama seorang pun, hingga tampak olehku segerombolan manusia yang sangat banyak, aku pun bertanya; “Apakah segerombolan manusia itu adalah ummatku?” di beritahukan; “Ini adalah Musa dan kaumnya.” Lalu diberitahukan pula kepadaku; “Lihatlah ke ufuk.” Ternyata di sana terdapat segerombolan manusia yang memenuhi ufuk, kemduian di beritahukan kepadaku; “Lihatlah di sebelah sini dan di sebelah sana, yaitu di ufuk langit.” Ternyata di sana telah di padati dengan segerombolan manusia yang sangat banyak, ” di beritahukan kepadaku; “Ini adalah ummatmu, dan di antara mereka terdapat tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa hisab.” Setelah itu beliau masuk ke rumah dan belum sempat memberi penjelasan kepada mereka (para sahabat), maka orang-orang menjadi ribut, mereka berkata; “Kita adalah orang-orang yang telah beriman kepada Allah dan mengikuti jejak Rasul-Nya, mungkinkah kelompok tersebut adalah kita ataukah anak-anak kita yang dilahirkan dalam keadaan Islam sementara kita dilahirkan di zaman Jahiliyah.” Maka hal itu sampai kepada Nabi ﷺ, lantas beliau keluar dan bersabda:
هُمْ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah minta untuk di ruqyah, tidak pernah bertathayur (menganggap sial pada binatang) dan tidak pula melakukan terapi dengan kay (terapi dengan menempelkan besi panas pada daerah yang sakit), sedangkan kepada Rabb mereka bertawakkal.” [Kutipan Shahih Bukhari 5270] Juga dalam Musnad Ahmad 3615
Dalam Shahih Muslim 323:
هُمْ الَّذِينَ لَا يَرْقُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Mereka adalah orang-orang yang tidak menggunakan ruqyah, tidak meminta supaya diruqyah, tidak meramalkan perkara-perkara buruk dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.”
[1]HR. Al-Bukhari dan Muslim
[2] Shahih Bukhari 5246
[3] Shahih Muslim 4084
[4] [Sunan Ibnu Majah 3503] Juga dalam Musnad Ahmad 23917
[5] [Sunan Ibnu Majah 3505]
[6] [Sunan Ibnu Majah 3510] Dhoiful Isnad
[7] [Shahih Muslim 4079]
[8][Sunan Abu Daud 3388]
[9][Sunan Tirmidzi 1981] Juga Sunan Tirmidzi 1982 dari Annas bin Malik.
[10][Musnad Ahmad 11729]
[11][Musnad Ahmad 25847]
[12] [Musnad Ahmad 14925] Juga dalam Sunan Tirmidzi 2074 & 1991, Sunan Ibnu Majah 3428.
[13][Sunan Ibnu Majah 3515]
[14][Musnad Ahmad 9381]
[15]Hadits ini diriwayatkan oleh Ibn Majah (2/1175).
[16]Hadits ini tercatat dalam Majma’uz Zawwa’id (9/4) dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Thabrani.
[17]Majma’uz Zawa’id (9/9)
[18][Sunan Abu Daud 3396]
[19][Sunan Ibnu Majah 3507]
[20] [Sunan Abu Daud 3398] Juga terdapat dalam Musnad Ahmad 20833
[21] [Dikutif dari shahih Bukhari 5227].
[22] [Sunan Abu Daud 3403].
[23][Dikutip dari Sunan Abu Daud 3400]
[24] [Sunan Ibnu Majah 3509]
[25] [Shahih Bukhari 5307]
[26] [Sunan Ibnu Majah 3501] Juga dalam Musnad Ahmad 26198
[27] [Sunan Tirmidzi 1988] [Shahih Muslim 4058] Begitupun riwayat dari Abu Hurairah Ra dalam sahih muslim 4057
[28] [Muwatha’ Malik 1474]
[29] [Shahih Muslim 4056] Juga dlm Musnad Ahmad 10793, [Shahih Muslim 4056] Juga dalam Musnad Ahmad 11131
[30] Sunan Ibnu Majah 3506[/fusion_builder_column][/fusion_builder_row][/fusion_builder_container]